AKN Seni dan Budaya Yogyakarta Perkuat Pelestarian Kebudayaan di DIY

AKN Seni dan Budaya Yogyakarta Perkuat Pelestarian Kebudayaan di DIY

Yogyakarta, Ditjen Vokasi – Berbicara mengenai kehidupan sama halnya berbicara kebudayaan. Kebudayaan di sini tidak hanya yang berkaitan dengan ritus dan adat istiadat saja, tetapi juga berkaitan dengan seni, sistem teknologi, dan sistem pendidikan.


Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang mendapatkan julukan City of Culture. Keberadaan Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta menjadi jawaban untuk merespons julukan tersebut sekaligus ikut mempertegas keistimewaan DIY sebagai pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Selain itu, keberadaan AKN tersebut untuk menjawab tantangan ke depan dalam proses pelestarian kebudayaan di DIY.


Direktur AKN Seni dan Budaya Yogyakarta, Supadma, mengatakan bahwa AKN Seni dan Budaya Yogyakarta ini dibentuk atas prakarsa dari Sri Sultan HB X yang khawatir akan keberadaan para seniman gagrak Yogyakarta di DIY yang kian lama jumlahnya semakin menurun.


Merujuk pada prakarsa ini kemudian ditindaklanjuti dengan diskusi para stakeholder yang selanjutnya diputuskan untuk dibangun AKN Seni dan Budaya Yogyakarta yang secara khusus mempelajari kebudayaan gaya Yogyakarta. 


“AKN Seni dan Budaya ini dibangun karena adanya kekhawatiran dari Ngarsa Dalem akan perkembangan seniman di Yogyakarta yang bukannya semakin meningkat malah semakin turun jumlahnya. Selain itu, di Yogyakarta ini terdapat maestro-maestro seni yang sudah mendapatkan banyak penghargaan, tetapi belum pernah mengenyam pendidikan formal. AKN Seni dan Budaya Yogyakarta hadir untuk memberikan penghargaan kepada mereka dalam bentuk pendidikan formal,” ucap Supadma.


AKN Seni dan Budaya Yogyakarta merupakan perguruan tinggi vokasi yang memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan mahasiswanya di bidang seni dan budaya sehingga dapat menghasilkan praktisi seni dan budaya yang berkualitas. 


AKN Seni dan Budaya Yogyakarta menawarkan 3 (tiga) jurusan, yakni Jurusan D-1 Seni Tari, Jurusan D-1 Karawitan, dan D-1 Seni Kriya Kulit. Sejak diresmikan pada tahun 2020 AKN Seni dan Budaya Yogyakarta terus berlari meningkatkan kualitas agar dapat menghasilkan praktisi seni dan budaya yang handal dan siap kerja.


Dalam proses pembelajarannya, AKN Seni dan Budaya Yogyakarta melibatkan berbagai praktisi seni dan empu-empu yang andal di bidangnya. Selain itu, dalam upaya meningkatkan kualitas lulusannya, AKN Seni dan Budaya Yogyakarta juga bekerja sama dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, desa-desa di DIY, Museum Sonobudoyo, Ambarukmo, Pemda DIY, dan Pemda Bali.


“Kami bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya Keraton Yogyakarta. Hal ini karena kiblat kebudayaan yang kami ajarkan mengacu pada keraton. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Museum Sonobudoyo, di mana setiap bulan mahasiswa kami mengisi pementasan di museum tersebut. Saat ini kami sedang mencoba membicarakan untuk mengadakan workshop tatah sungging atau pembuatan wayang di Museum Sonobudoyo,” ucap Supadma.


Setiap tahun AKN Seni dan Budaya melahirkan banyak praktisi. Harapannya keberadaan praktisi seni dan budaya tersebut mampu menggairahkan kegiatan seni dan budaya yang berada di DIY dan sekitarnya.




Menjadi Pendamping Desa Budaya


Keterlibatan sumber daya manusia (SDM) dari AKN Seni dan Budaya Yogyakarta secara tidak langsung turut membantu perkembangan industri pariwisata di DIY.


Tidak hanya terlibat dalam industri pariwisata saja, SDM AKN Seni dan Budaya Yogyakarta juga terlibat dalam upaya pelestarian kebudayaan di DIY. Salah satunya adalah melalui program Pendampingan Desa Budaya yang dicanangkan oleh Pemda DIY.


Kasie Lembaga Budaya Dinas Kebudayaan DIY, Endang Widuri, mengatakan bahwa program Pendampingan Desa Budaya ini merupakan program yang bertujuan untuk menggali potensi kebudayaan, mengaktifkan, dan menggerakkan seni tradisi yang ada di daerah tersebut.


“Tenaga pendamping desa merupakan inisiator penggerak ativitas-aktivitas kebudayaan dan seni tradisi yang ada. Saya berharap dengan andilnya para praktisi dari AKN Seni dan Budaya Yogyakarta dapat mencegah degradasi kebudayaan di wilayah DIY. Selain itu, saya juga berharap ke depannya alumni AKN Seni dan Budaya Yogyakarta yang menjadi pendamping desa budaya bisa meningkat jumlahnya,” tutur Widuri.


AKN Seni dan Budaya Yogyakarta mendapat kepercayaan untuk andil menjadi pendamping desa budaya di DIY. Menurut Supadma, keterserapan lulusan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta yang menjadi pendamping desa budaya mencapai angka 50%.


Tidak hanya tinggi secara kuantitas, pendamping desa budaya yang berasal dari AKN Seni dan Budaya Yogyakarta juga memberikan kualitas terbaiknya untuk desa yang didampingi. Alumni AKN Seni dan Budaya Yogyakarta, Triwik Wahyuni, menjadi salah satu pendamping desa budaya di Kalurahan Giring, Kapanewon Paliyan, Kabupaten Gunungkidul. Desa yang ia dampingi berhasil masuk 5 besar pada lomba gelar potensi tingkat DIY. 

“Selama ditugaskan menjadi pendamping desa, saya berusaha untuk membangun komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah kalurahan, mengaktifkan kembali kegiatan kesenian seperti pementasan wayang wong, kethoprak, wayang kulit, melatih tari, membuat kegiatan bidang kuliner tradisional sepeti jamu, thiwul dan berbagai olahan asli desa setempat. Tidak hanya kesenian dan kuliner saja, dalam kegiatan pendampingan ini juga mengaktifkan kembali tradisi-tradisi yang pernah ada, seperti merti desa, babad dalan, arakan pusaka saat panen padi sebagai wujud syukur,” terang Triwik.


Edukasi Kebudayaan Lewat Jalur Pertunjukan


Tidak hanya bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam mempersiapkan lulusannya agar matang menjadi pendamping desa budaya, dalam proses pembelajarannya, AKN Seni dan Budaya Yogyakarta juga bekerja sama dengan daerah-daerah untuk membantu pengembangan pelestarian kebudayaan di daerah. 


Kasubag TU AKN Seni dan Budaya Yogyakarta, Rais Faisal Akhyar, mengatakan bahwa setiap akhir pembelajaran, mahasiswa akan membuat laporan akhir studi di mana mereka akan mempresentasikan ilmu yang telah didapat selama studi di hadapan masyarakat. 


“Kemarin kita sudah bekerja sama dengan Pleret, Bantul. Rencana di bulan Mei nanti akan mempresentasikan di Jatimulya, Kulon Progo,” tutur Rais.


Pada tahun ini, AKN Seni dan Budaya Yogyakarta telah menggandeng beberapa daerah salah satunya ialah Kalurahan Pleret. Bentuk kerja samanya ialah membuat sebuah pementasan dalam rangka mendukung pelaksanaan Merti Desa Grebeg Ruwah di Kalurahan Pleret.


Tak hanya sekedar membuat pementasan saja, pada saat prosesnya mahasiswa AKN Seni dan Budaya Yogyakarta juga memberikan edukasi-edukasi tentang kebudayaan kepada masyarakat.


Salah seorang tokoh dari Kalurahan Pleret, Yunus, mengatakan bahwa kerja sama yang terjalin antara Kalurahan Pleret dan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta memberikan manfaat bagi masyarakat. Pasalnya dalam kerja sama tersebut dihadirkan lokakarya dan pameran kebudayaan sehingga masyarakat pun tidak hanya datang untuk sekedar menonton pertunjukkan tetapi ada ilmu yang ia dapatkan.


“Kerja sama kemarin sangat bermanfaat bagi kami selaku panitia Grebeg Ruwah. Kerja sama yang terjalin ini tidak berjalan sendiri-sendiri ya, pihak kampus justru mengutamakan nuansa edukasi untuk kami yang ibaratnya orang awam terkait kebudayaan khususnya kesenian. Kemudian sebagai puncak acara dihadirkan pementasan yang luar biasa sebuah kolaborasi antara tari, fragmen, dan karawitan. Sebuah suguhan yang menyegarkan tapi tak menghilangkan sisi tradisi yang telah ada,” ucap Yunus.




Masih menurut Yunus, ia berharap, adanya kerja sama ini dapat menjadi motivasi untuk pelaku-pelaku kesenian yang ada di Pleret supaya bisa berkembang lagi. Apalagi ketika AKN Seni dan Budaya Yogyakarta menyuguhkan sebuah pementasan dengan wajah baru tanpa menghilangkan pakem aslinya. 


Yunus pun berharap bahwa kerja sama ini akan terus berlanjut supaya kebudayaan yang ada di Pleret dapat hidup dan berkembang lagi sehingga bisa memberikan manfaat untuk pelaku kebudayaan di Kalurahan Pleret.


Sementara itu, Rais menyampaikan bahwa rencana ke dapan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta akan melakukan pendataan seluruh potensi desa di DIY guna mematangkan upaya pelestarian kebudayaan di daerah tersebut.


“Misal di daerah x potensinya tari atau tatak sungging ya sudah kita push atau fokus di hal tersebut supaya potensi yang ada di daerah itu bisa berkembang lebih baik lagi,” ucap Rais. (Aya/Cecep Somantri)