Agus dan Keajaiban Pijat Refleksi: Kisah Sukses Berwirausaha di Pengobatan Tradisional

Agus dan Keajaiban Pijat Refleksi: Kisah Sukses Berwirausaha di Pengobatan Tradisional

Tangerang, Ditjen Vokasi - Kursus di bidang kesehatan tak ayal membuka peluang usaha bagi setiap alumninya, termasuk Agus Mulyadi. Ia merupakan alumni Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kunci Jemari, Tangerang Selatan, Banten. Dengan mengikuti kursus reguler di tahun 2015, Agus dapat meningkatkan kompetensinya sehingga berdampak pada usahanya di bidang pengobatan tradisional.


Tak memiliki silsilah keturunan di bidang pengobatan tradisional, Agus menekuni dunia kesehatan tersebut sejak akhir usia 20-an. Belajar secara autodidak membuat Agus merasa harus mendapatkan ilmu lebih agar lebih agar mendapatkan sertifikasi dan terdaftar secara legal.


“Biasanya yang buka usaha pijat refleksi ataupun akupresur itu punya bakat karena dari leluhurnya, tapi saya murni belajar sendiri karena tertarik,” ujar Agus.


Dari ketertarikannya tersebut, Agus belajar refleksi dan akupresur secara lebih lengkap. Sudah memiliki dasar di bidang tersebut, tak membuat Agus besar kepala. Akan tetapi, ia pun tetap menerima masukan dari instruktur kursus di LKP Kunci Jemari.


Agus menjelaskan, “Saya dulu hanya tau refleksiologi dan  tertarik mempelajari lebih dalam akupresur sejak di LKP. Di LKP lah saya juga jadi tahu seperti apa SOP-nya dalam melakukan pengobatan alternatif.”


Lebih Dipercaya dengan Uji Kompetensi

Memiliki tekad yang kuat untuk menekuni bidang yang ia senangi, juga membuat Agus telaten mengikuti kursus tersebut. Contoh manfaat dari mengikuti kursus di LKP yang ia rasakan adalah dengan adanya uji kompetensi. 


“Itulah yang membedakan belajar secara autodidak di luar lembaga dengan belajar di LKP. Setelah mengikuti kursus, di LKP saya mengikuti uji kompetensi dan mendapatkan sertifikat,” ujar Agus.


Nurlaela selaku instruktur dan pengelola LKP Kunci Jemari menyebutkan bahwa LKP yang dikelolanya juga menjadi tempat uji kompetensi (TUK) untuk bidang keterampilan kesehatan refleksi dan akupresur. Menurutnya, hal utama yang perlu dimiliki alumninya adalah kompetensi yang diimbangi dengan legalitas dan sertifikasi.


“Tentu saja untuk menjadi terapis harus punya izin, kami ingin mempersiapkan para ahli di bidang kesehatan tradisional yang kompeten,” pungkas Nurlaela.


Jatuh Bangun Mengembangkan Usaha

Setelah mengikuti pelatihan selama kurang lebih dua bulan, Agus pun mendapatkan sertifikasi dan izin di tahun 2016. Setelah kursus lah, ia dapat mengepakan usahanya secara lebih baik. Di masa sebelum Covid, ia memiliki griya klinik di daerah Cikupa, Kabupaten Tangerang yang tak pernah sepi pengunjung. Namun, pandemi tersebut cukup membuat usahanya ditutup.


“Dulu saya pernah terapi ke klien bahkan sampai pakai APD juga. Dari covid itulah pendapatan saya cukup menurun,” ujar Agus.


Di balik kesulitan itu, setelah pandemi mereda, ternyata kebiasaan home service pijat tersebut membawa peluang baru bagi Agus. Dibanding harus bertahan dengan tempat griyanya, ia pun menjalankan usaha home service dari rumah ke rumah.


Dengan kemampuan mumpuni yang diperolehnya dari kursus, Agus mampu memberikan terapi yang efektif untuk berbagai keluhan kesehatan seperti sakit kepala, nyeri punggung, stres, masalah pencernaan, bahkan sampai patah tulang.


Untuk memperlancar usahanya ia pun eksis di media sosial, terutama Instagram. Melalui akun @pijattsendi dan @seharmuliamassage ia mempromosikan jasanya sekaligus membuat konten edukasi terkait kesehatan dan pengobatan tradisional. 


“Zaman sekarang juga harus memanfaatkan teknologi. Dari media sosial juga saya mendapatkan banyak klien,” ungkap Agus.


Kini, dengan keahliannya tersebut ia pun menerima klien dari Jabodetabek. Dalam sehari ia bisa terapi 4—5 klien di rumah yang berbeda-beda. Menurut Agus, pengobatan tradisional dengan pijat dapat menjadi pengobatan alternatif yang juga dapat menyembuhkan. Maka dari itu, masih banyak orang yang juga membutuhkan pengobatan tersebut.


“Alhamdulillah, saya bisa menghidupi keluarga saya dengan pendapatan yang lebih dari cukup, kalau lagi ramai bisa dua kali lipat dari UMK Kabupaten Tangerang,” tutur Agus.


Tak hanya itu, jejaring Agus yang luas pun semakin berkembang setelah mengikuti kursus. Ia tergabung dalam organisasi Perkumpulan Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Refleksi Indonesia  (PerP4RI) dan  Perkumpulan Persaudaraan Pelaku dan Pemerhati Akupresur Indonesia (P3AI). 


“Saya juga sudah menjadi instruktur dan asesor yang menguji peserta didik kursus yang hendak uji kompetensi,” tutup Agus. (Zia/Cecep)