Selain Chef, Butcher Bisa jadi Profesi Menjanjikan di Industri Kuliner dan Ritel

Selain Chef, Butcher Bisa jadi Profesi Menjanjikan di Industri Kuliner dan Ritel

Jakarta, Ditjen Vokasi - Seperti hal profesi barista di dunia kopi,  butcher di dunia olahan daging sapi kini menjadi sebuah profesi masa depan yang menjanjikan. Profesi ini juga mulai banyak dicari di Indonesia. 


Master trainer di Butchery Training Center, Charlos Lalack, mengatakan bahwa di luar negeri seperti di Australia dan sejumlah negara lain, profesi butcher merupakan profesi yang banyak dicari, tidak hanya di industri kuliner saja tetapi juga di industri-industri ritel. Mereka juga mendapatkan gaji yang cukup tinggi dengan bayaran mulai puluhan dollar setiap jamnya. 


“Di Australia misalnya, seorang penyembelih hewan di tempat penyembelihan hewan itu bisa mendapatkan 40 dollar per jam, begitu juga seorang butcher. Pekerjaan ini termasuk dalam kategori pekerjaan yang berisiko,” kata Charlos saat Lokakarya Pengetahuan Dasar Seorang Butcher di Politeknik Negeri Media Kreatif, Jakarta, Selasa (17-10-2023). 


Menurut Charlos, tuntutan terhadap profesi butcher terus meningkat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di sejumlah negara kerap menyelenggarakan butcher challenge sebagai sebuah kompetisi untuk mencari butcher-butcher dengan kompetensi yang mumpuni.  


“Bahkan, ada juga world butcher challenge sebagai ajang kompetisi untuk para butcher dunia,” Charlos menambahkan.   


Masih menurut Charlos, kompetensi seorang butcher sangat diperlukan tidak hanya di industri kuliner sebagai pendamping chef dalam menyiapkan olahan makanan berbasis daging saja, tetapi juga diperlukan di industri retail. Di Industri ritel, lanjut Charlos, keberadaan seorang butcher diperlukan untuk membuat potongan-potongan daging yang siap dijual ke masyarakat.


“Kalau motongnya asal maka akan banyak daging yang terbuang. Baik di industri kuliner maupun industri retail tentu hal tersebut menyebabkan cost produksi menjadi membengkak,” Charlos menambahkan.


Di Indonesia sendiri, lanjut Charlos, profesi butcher juga sudah mulai banyak dicari. Kebutuhan butcher diperlukan di industri food and beverage maupun meat shop yang kini mulai banyak menjamur di kota-kota besar, seperti di Jakarta.


Meat shop menjadi fenomena yang cukup baru pascapandemi Covid-19. Keberadaan meat shop ini membuka peluang bagi tenaga butcher untuk mengolah daging sapi menjadi daging yang siap olah atau siap dimasak,” kata Charlos. 


Oleh karena itu, bagi Charlos, profesi butcher bisa menjadi pilihan profesi yang dapat diperhitungkan untuk di industri kuliner selain menjadi chef. Bahkan, seorang chef yang memiliki kemampuan sebagai seorang butcher yang baik juga menjadi nilai tambah di industri.


“Seorang chef dengan spesifikasi butcher akan memiliki nilai tambah dan akan sangat dicari karena dapat menentukan profitabilitas dari penggunaan potongan daging secara optimal,” kata Charlos.


Terkait dengan kompetensi yang harus dimiliki, menurut Charlos, seorang butcher minimal harus memiliki empat kemampuan dasar butchery, yakni terkait dengan hygiene knowledge, product knowledge, technical knowledge, dan komunikasi. 


“Kemampuan berkomunikasi juga diperlukan oleh seorang butcher agar bisa menjelaskan kepada konsumen tentang daging yang mereka potong,” kata Charlos. (Nan/Cecep)