Miliki Jangkauan yang Luas, Aismoli Sebut Pendidikan Vokasi Strategis untuk Percepatan Program Konversi Kendaraan Listrik
Sentul, Ditjen Vokasi - Pendidikan vokasi, utamanya sekolah menengah kejuruan (SMK) memiliki peran strategis dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik dan program konversi kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM) ke listrik melalui penyiapan sumber daya manusia serta bengkel-bengkel konversi di satuan-satuan pendidikan vokasi. Dengan jangkauan SMK yang luas hingga ke kabupaten-kabupaten, pendidikan vokasi dapat mempercepat program konversi kendaraan BBM ke listrik yang ditargetkan sekitar 6 juta unit pada 2030 mendatang.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Budi Setiyadi, saat ditemui di acara kompetisi konversi kendaraan berbasis BBM ke listrik yang diselenggarakan Kementerian ESDM dan PLN pada Minggu (13-10-2024) mengatakan bahwa SMK menjadi salah satu institusi yang paling strategis untuk mendukung program konversi kendaraan BBM ke listrik yang dicanangkan oleh pemerintah.
"Karena SMK itukan ada di seluruh kabupaten di Indonesia sehingga SMK akan bisa membantu mempercepat program konversi kendaraan BBM ke listrik. Apalagi program-program keahlian yang ada di SMK juga banyak yang terkait dengan masalah kelistrikan dan teknik kendaraan seperti otomotif," kata Budi.
Menurut Budi, saat ini pertumbuhan dan perkembangan bengkel konversi kendaraan BBM ke listrik di Indonesia sudah semakin banyak dan cukup merata di seluruh Indonesia. Terlebih beberapa bengkel-bengkel konversi berskala besar juga mulai banyak menggandeng bengkel-bengkel kecil di daerah untuk bekerja sama melakukan konversi kendaraan.
"Bengkel-bengkel konversi yang tersebar hingga ke daerah-daerah ini tentu membutuhkan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang bisa dipasok dari SMK. Karena itulah, saya melihat pendidikan vokasi, dalam hal ini SMK, itu sangat strategi untuk mendukung program konversi kendaraan dari BBM ke listrik di Indonesia dan mempercepat serapan dari program bantuan konversi kendaraan ini," tambah Budi.
SMK, lanjut Budi, bisa memanfaatkan kerja sama dengan bengkel-bengkel besar sebagai bengkel induk untuk mengerjakan atau melakukan konversi kendaraan berbasis BBM ke listrik. Terlebih, lanjut Budi, saat ini banyak SMK yang sudah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang memungkinkan SMK untuk membuka bengkel dan layanan konversi kendaraan.
"Jadi materi-materi tentang konversi bisa untuk mengedukasi sekaligus untuk pembelajaran bagi siswa. Untuk layanan konversi, SMK bisa menjadi mitra dari bengkel konversi induk yang ada di daerah-daerah tersebut,” tambah Budi.
Sementara itu, Direktur SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Muhammad Yusro, mengatakan bahwa Direktorat SMK terus mendorong SMK untuk mengembangkan teaching factory untuk setiap program studi yang ada di sekolah, termasuk untuk program studi yang terkait dengan konversi kendaraan berbasis BBM ke listrik ini. Misalnya, seperti teknik otomotif maupun teknik kendaraan ringan.
“Hadirnya bengkel-bengkel konversi kendaraan BBM ke listrik di SMK-SMK ini bisa menjadi bagian dari teaching factory di SMK ,” ujar Yusro.
Kepala SMK Tamansiswa Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Suwanto, mengatakan bahwa selama ini sekolahnya telah menjadi salah satu mitra dari Bintang Racing Team sebagai bengkel mitra untuk mengerjakan konversi kendaraan berbasis BBM ke listrik. Kendaraan yang dikonversi biasanya merupakan kendaraan roda dua milik masyarakat yang berasal dari wilayah Bandung dan sekitarnya. (Nan/Cecep)