Mendongkrak Pertanian via Kultur Jaringan

Pandeglang, Ditjen Diksi – Bermula dari yang menyajikan satu jurusan, yakni pertanian, pada 1996 lalu, kini Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Pandeglang, Banten, boleh dibilang termodern dan menjadi sekolah favorit di wilayah sekitarnya. “Meski potensi pertanian luar biasa, sayangnya waktu itu justru peminatnya makin turun,” kisah Kepala SMKN 2 Pandeglang Ade Firdaus.

Alhasil, sekolah yang menempati luas area sekitar 8 hektare ini mulai membuka jurusan baru yakni  kelistrikan pada 2000, selanjutnya  teknik kendaraan ringan, multimedia, TKJ, dan analis sepeda motor. Tak ayal, ketika membuka jurusan-jurusan baru, minat siswa ke sekolah ini pun makin meningkat. “Dulu mencari siswa, sekarang dicari siswa. Dari sekitar 1.200-an yang mendaftar, kami hanya menerima 700-an siswa,” jelas Ade.

Ade menjelaskan, sejak 2007 sekolah ini telah menyandang RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional). Tak berhenti di situ, pada 2013 SMKN 2 Pandeglang menjadi salah satu dari 10 sekolah rujukan nasional. “Dari situlah sekolah ini mulai melesat dan terus berbenah melalui peningkatan sarana-prasarananya. Alhamdulillah juga sekolah ini pun masuk dalam program revitalisasi hingga akhirnya menjadi bentuk yang sekarang ini,” terangnya.

Selain itu, tambah Ade, tahun 2019 Pemeritah provinsi  Banten juga turut memberikan bantuan dana berupa Bosda sebesar Rp4 juta per siswa per tahunnya. Sehingga, kala itu sekolah pun mulai fokus untuk membeli peralatan-peralatan praktik. Jadi, “Sarananya dari pemerintah pusat, prasarananya dari pemerintah daerah. Adapun tahun ini kami juga mengajukan untuk program SMK Pusat Keunggulan (PK) bidang pertanian,” jelasnya.

Kembangkan Teaching Factory

Sekolah kini menjadi sekolah  favorit, SMKN 2 Pandeglang tak berhenti mengembangkan diri. Bahkan, sekolah ini pun tetap mempertahankan keberadaan asrama yang dulunya diwajibkan bagi para peserta didiknya. 

Menurut Ade, kini sekolah kejuruan tersebut terus mengembangkan teaching factory di lingkungannya. Selain itu, sekolah ini turut menyajikan pendidikan karakter dan disiplin yang kuat bagi peserta didiknya. “Kami ingin siswa lulus tak hanya langsung bekerja di industri, melainkan dapat berwirausaha mandiri,” tuturnya.

Di bidang pertanian misalnya, jelas Ade, dari pengembangan biji, kini telah mengembangkan bunganya. “Yang terbaru, kami telah mengembangkan pisang cavendis yang hasilnya dapat dijual ke masyarakat. Selain itu, saat ini kami juga tengah mengembangkan talas beneng (umbi berukuran besar) yang ketinggian pohonnya bisa mencapai dua meter,” ujarnya.

Menurut Ade, selain batangnya, daun talas beneng juga dapat dimanfaatkan hingga diekspor ke Australia untuk dijadikan bahan cerutu. Jadi, “Talas biasa hanya di dalam tanah, talas beneng berada di atas tanah hingga dua meter, dan dapat dimanfaatkan beserta daunnya,” jelasnya

Karenanya, kini sekolah kejuruan tersebut tengah mengembangkan tanaman tersebut dengan menjadikan bibit talas beneng yang bersertifikat. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Pandeglang, jelas Ade, sekolah juga tengah mengembangkan kultur jaringannya. Alhasil, “Dengan kultur jaringan, bisa dihasilkan ribuan bibit dalam beberapa bulan,” tuturnya.

Ade pun menambahkan, saat ini juga tengah menguji coba kelapa kopyor. “Kami ingin tanaman kelapa bisa 90-100 persen bisa kopyor, dari yang biasanya hanya beberapa persen, yakni dengan cara kultur jaringan,” ujarnya sembari menyebutkan harga satuan kelapa kopyor yang bisa mencapai Rp3,5 juta.

Dengan pengembangan ketiga produk di atas saat ini, Ade pun berharap sekolah tersebut dapat terus berinovasi. “Kami ingin sesuatu yang tidak biasa, serta mempunyai nilai jual tinggi,” ujarnya.

‘Link and Match’ Tiap Jurusan

Dari awal yang berjumlah sekitar 300-an siswa, kini SMKN 2 Pandeglang memiliki jumlah peserta didik sebanyak 2.077 siswa yang dilayani oleh sekitar 150-an tenaga pendidik dan kependidikan. Selain itu, tutur Ade, setiap jurusan di sekolah ini juga telah memiliki “pasangan” industri.

Ade pun mencontohkan jurusan teknik kendaraan ringan yang berada di bawah binaan Daihatsu Motor. Selain sinkronisasi kurikulum, para guru di sekolah secara rutin juga dilatih oleh pihak industri. “Sampai dengan bantuan alat, misalnya mesin untuk praktik. Bahkan, sampai kepada rekrutmen dan sekolah lanjutan ke jenjang D3,” terangnya.

Lalu jurusan TBSM (teknik dan bisnis sepeda motor) di bawah binaan Yamaha, dan kimia analis dengan PT Indah Kiat. “Guru tamu dari industri kami panggil, baik untuk mengajar siswa maupun guru. Kalau tidak kami undang, maka akan ketinggalan teknologi industrinya. Bahkan, misalnya Yamaha juga turut mengundang masyarakat untuk dilatih di sekolah ini,” ujar Ade.

Menyoal pembelajaran di masa pandemik, menurut Ade, pihaknya teleh membuat sistem sendiri hingga dapat memantau pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut, baik guru maupun para siswanya. Bahkan, pihak sekolah juga melombakan para guru membuat sistem PJJ tersebut. Alhasil, “Setiap bulannya dapat diketahui perkembangan guru maupun siswa yang aktif di pembelajaran tersebut,” tuturnya.

Adapun untuk persiapan kembalinya pembelajaran tatap muka, Ade mengaku pihak sekolah sudah siap melaksanakannya dengan berbagai fasilitas sarana-prasarana pendukung. Terlebih, sekolah juga sempat melaksanakan uji kompetensi dengan izin Satgas Covid-19 setempat dan protokol kesehatan yang ketat hingga berjalan baik. “Alhamdulillah sudah berjalan uji kompetensi melalui LSP P1 di sini. Semua jurusan di sekolah ini juga sudah uji dengan LSP P1,” jelasnya.

Menurut Ade, kini sekolah dihadapkan tantangan mengubah perilaku kakarter siswa yang setahun belajar daring menjadi nantinya tatap muka, serta pengaruh media sosial yang kini mudah diakses. Selain itu, sekolah juga akan meningkatkan kompetensi guru secara keseluruhannya. “Saya pun berharap, SMKN 2 Pandeglang menjadi pusat keunggulan, terutama untuk di wilayah sekitarnya. Kami telah memiliki 14 SMK jejaring dalam LSP. Jadi, kami turut berbagi dengan sekolah lain,” pungkasnya. (Diksi/AP/KR)