Memberdayakan Masyarakat melalui Sanggar Kegiatan Belajar
Gunungkidul, Ditjen Vokasi PKPLK - Sebagai layanan pendidikan nonformal, keberadaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) tidak hanya memberikan kesempatan bagi masyarakat yang belum pernah menyelam atau menuntaskan pendidikan untuk mendapatkan layanan pendidikan yang diakui negara. Melalui layanan dan program yang diberikan, keberadaan SKB juga mampu memberdayakan masyarakat dengan pelatihan-pelatihan vokasionalnya.
Salah satu praktik baik dari keberadaan SKB dalam upaya memberdayakan masyarakat adalah keberadaan SKB Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. SKB yang awalnya merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) milik pemerintah pusat ini menyelenggarakan sejumlah pelatihan-pelatihan vokasional selain layanan pendidikan nonformal lainnya seperti pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan.
“Di SKB Gunungkidul kami ada program kursus-kursus kecakapan hidup yang bertujuan untuk membantu pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat Gunung Kidul,” kata Kepala SKB Gunungkidul, Suharjiya, sebagaimana dikutip dari YouTube Direktorat PMPK.
Program kursus tersebut, lanjut Suharjiya, dirancang dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta potensi yang ada di Kabupaten Gunungkidul.
“Kami ada kursus barista, tata kecantikan, tata boga untuk mengolah potensi-potensi hasil pertanian di Gunungkidul, dan sebagainya," Suharjiya menambahkan.
SKB Gunungkidul, lanjut Suharjiya, juga memiliki program layanan masyarakat khusus melalui program desa binaan. Di desa binaan tersebut, SKB Gunungkidul mengembangnkan program PAUD dengan memberikan layanan program Kelompok Bermain Safira yang ditujukan bagi anak-anak usia dini di wilayah tersebut.
Dalam program desa binaan tersebut, SKB Gunungkidul juga memiliki budi daya jahe merah yang diawali dengan program budi daya jahe merah untuk para warga masyarakat.
“Sekarang juga sudah ada kelompok usaha budidaya jahe merah ini,” Suharjiya menambahkan.
Saat ini, lanjut Suharhjiya, SKB Gunungkidul juga sedang mengembangkan pelatihan pembuatan batik ecoprint. Batik dengan menggunakan bahan alami dari aneka tumbuhan (utamanya daun) ini dirasa sesuai dengan potensi yang ada di Gunungkidul.
“Pendidikan keterampilan hidup, life skills lebih bisa memberdayakan masyarakat dan hal adalah sebuah keunggulan,” ujar Suharjiya.
Pujianti merupakan salah satu warga Gunungkidul yang sudah merasakan sendiri dampak manfaat dari keberadaan SKB Gunungkidul ini. Pujianti yang sebelumnya berprofesi sebagai pelaku UMKM untuk produk oleh-oleh khas Gunungkidul ini saat ini berhasil mengembangkan sejumlah produk kuliner setelah bergabung dengan SKB Gunungkidul. (Nan/Cecep)