Keren! Produk Inovasi Alumni Sekolah Vokasi UGM Bantu Industri Perkeretaapian Indonesia

Keren! Produk Inovasi Alumni Sekolah Vokasi UGM Bantu Industri Perkeretaapian Indonesia

Sleman, Ditjen Vokasi - Pendidikan vokasi di perguruan tinggi vokasi telah melahirkan berbagai inovasi yang membantu banyak industri. Salah satunya dari alumni Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (SV UGM) yang berkontribusi nyata bagi perkembangan industri perkeretaapian di Indonesia. Kedua alumni SV UGM tersebut adalah Herjuno Rizki Priatomo dan Giovani Ega Charisma alumni Jurusan Teknik Mesin.


Beberapa produk unggulan alumni SV UGM adalah Intelligent Rail Vibrations Monitoring System (IRV-MS) yang merupakan sistem pemantauan getaran kereta api. Yang kedua adalah Natix, yang berupa alat ukur untuk mengetahui kenyamanan penumpang kereta api melalui getaran dan yang ketiga adalah Aicoustica, yaitu alat untuk menganalisis kerusakan suatu alat sebelum dipasarkan.


Lahirnya produk inovasi tersebut berawal dari dari tugas penelitian bersama dosen sebagai bentuk pembelajaran di bangku kuliah. Kini, kedua alumni vokasi tersebut berhasil mengembangkannya menjadi perusahaan rintisan (startup) yaitu Indonesia Mandiri Era Teknologi (IEMT). 


“Menjadi insan vokasi memberikan banyak pengalaman sehingga kami mampu berwirausaha dan berinovasi yang bermanfaat,” ungkap Herjuno.


Karya-karya IEMT ini sukses hadir di Hannover Messe 2023 di Jerman. Terbaru, produk-produk tersebut juga eksis di Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 pada awal Oktober 2024 ini di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten.


Produk Unggulan untuk Industri Perkeretaapian


Kedua alumni SV UGM telah berhasil menciptakan produk-produk inovatif yang bertujuan meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan kenyamanan transportasi kereta api. Tak hanya itu, produk-produk ini pun mendukung pengembangan infrastruktur perkeretaapian nasional yang modern dan berkelanjutan.


Berdasarkan penjelasan Herjuno, IRV-MS ini pertama kali dikembangkan sejak tahun 2019-2020, saat ia masih menjadi mahasiswa vokasi. Klien pertama yang menggunakan IRV-MS adalah PT Kereta Api Indonesia untuk pengukuran jalur kereta api di Sumatra. 


“Pada waktu itu, kami mengembangkan IRV berdasarkan studi kasus yang terjadi di sana, yaitu bearing failure kerusakan pada bearing di kereta api,” ungkap Herjuno.


IRV sukses dikembangkan dengan berbagai pengembangan. Berkat dampak tersebut, LRT Jakarta pun baru-baru ini menggunakan IRV-MS untuk mengukur dan menganalisa kerusakan kereta api. 


“Kami baru pasang alat ini pada awal Oktober ini di beberapa LRT. Untuk mengukur getaran, produk ini dipasang di bagian boogie atau bawah kereta api,” tutur Herjuno.


Tak hanya IRV, masih berbasis getaran, Natix pun menjadi solusi untuk mengukur kenyamanan penumpang berdasarkan realtime. Dikembangkan tahun 2023, produk Natix ini dapat menjadi langkah pencegahan karena seringkali frekuensi dan getaran yang ada di kereta api akan menimbulkan penyakit tanpa disadari


Herjuno menjelaskan, “Namanya frekuensi sickness, kadang kan kita jadi merasa sakit punggung, kelelahan, atau pusing saat di kereta api. Produk Natix ini bisa mengetahui kenyamanan penumpang.”


Pendidikan Vokasi Dukung Inovasi


Dukungan pendidikan vokasi terhadap inovasi industri perkeretaapian membawa angin segar bagi perkembangan transportasi di Indonesia. Dari pembelajaran yang berbasis projek, mahasiswa vokasi mampu berinovasi dan menciptakan produk-produk yang bermanfaat untuk masyarakat.


Beberapa produk IEMT pun lahir dari dana bantuan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan juga kerja sama dengan pihak swasta. 


Herjuno menjelaskan, “Contohnya untuk produk Aicoustica ini merupakan request dari industri, yaitu Akebono.”


Sementara itu, Agus Winarno, selaku dosen SV UGM, mengungkapkan bahwa dengan memfokuskan kurikulum pada keterampilan teknis dan kolaborasi industri, pendidikan vokasi berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang inovatif dan siap kerja.


“Sebagai dosen, saya selalu mendorong mahasiswa agar mampu berdikari melalui penelitian maupun praktik, begitu pun kini IEMT yang sudah berdampak pada industri kereta api di Indonesia,” tutur Agus. (Zia/Cecep)