Industri Apresiasi Pelibatan Seleksi SMK PK

Jakarta, Ditjen Diksi – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melalui Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berkoordinasi dengan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) telah melaksanakan proses seleksi wawancara SMK Pusat Keunggulan (PK) pada 24 Maret-7 April 2021. Proses tersebut turut melibatkan beberapa perwakilan dari industri yang terdiri dari tujuh sector, yakni hospitality, maritim, care service, kerja sama luar negeri, ekonomi kreatif, permesinan, dan konstruksi.

Proses seleksi wawancara kepala SMK oleh perwakilan industri tersebut dinilai positif oleh pihak industry sendiri. Karena, dalam proses wawancara ini pihak industri dapat mengetahui visi dan misi, serta strategi program kerja setiap SMK dalam beberapa tahun mendatang.

Menurut Direktur Yayasan Bakti Barito (Barito Pacific Group) Dian A. Purbasari, pihaknya sangat mengapresiasi inisiatif dari Ditjen Pendidikan Vokasi untuk melibatkan dunia usaha dan dunia industri dalam proses seleksi SMK PK. “Di satu sisi kami dapat memberikan masukan langsung terkait link and match kompetensi yang diharapkan dari dunia usaha dan dunia industri, di sisi lain kami dapat memperoleh gambaran nyata mengenai kondisi-kondisi di lapangan, di seluruh SMK di Indonesia yang sangat beragam,” tuturnya.

Senada dengan Dian, Ketua Umum Asosiasi Industri Animasi Indonesia Daryl Wilson menyampaikan bahwa dalam tahapan seleksi wawancara ini dapat dilihat kapasitas setiap kepala sekolah dalam menjalankan program kerja ke depannya, terutama untuk mencapai sinkronisasi kerja sama antara pihak sekolah dengan industri. Ia pun berharap SMK ini bisa menjadi sumber penciptaan sumber daya manusia yang bermutu dan siap kerja.

“Seperti yang kita tahu bahwa sebelumnya, SMK masih memiliki gap dengan dunia industri. Sehingga, harapannya dengan adanya program magang, teaching factory, upgrading guru dan siswa, dan project based learning bisa menciptakan lulusan yang langsung diserap dunia industri maupun mampu membangun usaha sendiri (berwirausaha),” ujar Daryl.

Sementara itu Nindya Apriani, Direktur RUKUN Senior Living, salah satu industri yang membawahi bidang care service, mengutarakan bahwa kriteria SMK yang layak diajak bekerja sama adalah SMK yang memiliki kurikulum yang bersinergi dengan dunia usaha dan dunia industri. “Harapannya, dengan adanya sinergi ini dapat menciptakan tenaga-tenaga lulusan yang siap kerja ataupun tenaga-tenaga lulusan yang menguasai bidangnya, sehingga dapat menjadi seorang wirausahawan,” ungkapnya.

Kualitas progam kerja dari SMK memang menjadi acuan penting dalam proses penilaian dan penyeleksian program SMK PK ini. Hal tersebut dibuktikan melalui jumlah pendaftar yang semula mencapai angka 4.000, kini melalui proses seleksi administrasi, penilaian terhadap dokumen yang telah diunggah, juga tinjauan mengenai rencana aksi pengembangan program kerja dalam beberapa tahun ke depan, hingga memasuki tahap wawancara, terpilih sekitar 1.000 SMK yang masih dalam proses pertimbangan dan penyeleksian oleh pihak DUDI maupun pemerintah. Melalui program SMK PK inilah, SMK terpilih nantinya diharapkan mampu menciptakan perubahan-perubahan yang nyata, melalui pengembangan visi-misi sekolah dan kurikulum yang diselaraskan dengan kebutuhan DUDI dengan didampingi oleh perguruan tinggi yang dipadankan. (Diksi/ZA/AP)