SMKN 5 Denpasar : Agresif Giatkan ‘Link and Match’

SMKN 5 Denpasar : Agresif Giatkan ‘Link and Match’

Denpasar, Ditjen Diksi – Menyandang sekolah menengah kejuruan (SMK) pusat keunggulan (PK), SMKN 5 Denpasar terus bergeliat mengembangkan diri. Pada 2020 lalu SMK yang berdiri sejak 1997 silam ini juga tercatat sebagai sekolah Center of Excellence (COE) di bidang hospitality.

“Karena perhotelan tidak terlepas dari usaha restoran, maka kami mengembangkan teaching factory untuk tata boga. Alhasil, dana bantuan COE sebesar Rp2,4 miliar dapat digunakan untuk membangun dan membeli peralatan di bidang hospitality,” ujar Kepala SMKN 5 Denpasar I Made Buda Astika.

Menyoal masa pandemik, tambah Made, justru memberikan keuntungan bagi sekolah untuk menggiatkan “link and match”. “Karena hotel banyak yang berhenti beroperasi dari biasanya yang sangat sibuk, kini kami memiliki banyak kesempatan untuk bertemu pihak hotel guna menjalin kerja sama,” terangnya.

Tak hanya akomodasi perhotelan, Made juga menggiatkan kerja sama lainnya di kompetensi keahlian lainnya, semisal mendatangkan guru tamu di bidang usaha perjalanan wisata, seni pertunjukan, dan jasa boga. Terlebih, sekolah kini tengah bersiap menjalankan pembelajaran tatap muka seiring menurunnya kasus Covid-19 di Tanah Air.

“Kami mengikuti industri untuk mencocokkannya dengan kurikulum, bukan industri yang mengikuti sekolah. Kami pun berhasil menjalin kerja sama dengan hotel bintang lima,” jelas nakhoda SMKN yang memiliki jumlah siswa sebanyak 2.140 ini.

Kepercayaan industri ini pun tak disia-siakan oleh pihak sekolah. Alhasil, kini SMKN 5 Denpasar kerap menerima permintaan tenaga kerja dari industri perhotelan. “Tak hanya merekrut, mereka (pihak industri) juga siap mengajar di sekolah ini. Itu yang membuat kami senang,” ungkap Made.

Di samping itu, Made mengaku terus mengembangkan mindset sumber daya manusia di sekolahnya. Terlebih, guna melayani para siswa SMKN 5 Denpasar yang tidak hanya berasal dari lingkungan sekitar, melainkan dari Lombok, Jawa, Sumatra maupun Sulawesi. “Adapun kendalanya adalah keterbatasan jumlah pengajar di sekolah,” tuturnya.

Saat ini diketahui jumlah pengajar yang memiliki luas lahan lebih dari 1,5 hektare ini sebanyak 100 orang, 69 di antaranya berstatus PNS. Adapun jumlah pengelola sekolah secara keseluruhan mencapai 127 orang. “Pada masa pandemik ini lebih banyak lulusan yang berwirausaha, Agustus lalu tercatat 75 anak berwirausaha. Karena peluang kerja di industri juga sedikit saat ini, maka banyak juga yang melanjutkan studinya. Terlebih, siswa jurusan seni yang berkeinginan mengajar di sanggar seni,” terang Made. (Diksi/AP/KR).