Kemdikbudristek Luncurkan Kurikulum Merdeka

Kemdikbudristek Luncurkan Kurikulum Merdeka

Jakarta, Ditjen Diksi - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menggelar acara Merdeka Belajar episode 15 dengan meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar (11/2).

 

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan, terobosan yang diluncurkan merupakan sebuah jembatan akses bagi guru untuk menyalurkan kreativitas serta membangun ekosistem pendidikan dalam mengejar ketertinggalan atas learning loss yang diakibatkan oleh pandemi covid-19.

 

“Kami terus memperjuangkan transformasi pembelajaran. Jadi, kita membangun suatu solusi kurikulum berdasarkan keinginan untuk mengejar ketertinggalan kita. Sekarang saatnya kita memiliki kurikulum yang ringkas dan padat untuk mengejar ketertinggalan kita akibat learning loss,” tutur Nadiem.

 

Nadiem menambahkan, Kurikulum Merdeka yang diluncurkan ini merupakan opsi yang dapat diimplementasi oleh sekolah yang sudah merasa siap tanpa adanya paksaan. “Dengan Merdeka Belajar, maka tidak ada pemaksaan. Kita memberi sekolah 3 opsi untuk menerapkan kurikulum, yakni Kurikulum 2013 secara penuh, kemudian Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan, serta Kurikulum Merdeka,” jelasnya.

 

Berdasarkan arahan tersebut, satuan pendidikan dapat memilih kurikulum mana yang dapat diimplementasikan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Karenanya, Nadiem juga menyampaikan satuan pendidikan dapat mengimplementasi Kurikulum Merdeka secara bertahap.

 

Kurikulum Merdeka yang sebelumnya bernama Kurikulum Prototipe telah diuji coba dan diimplementasi oleh 2.500 sekolah penggerak yang ada di seluruh Indonesia. Berbagai perubahan pun turut dirasakan bagi guru-guru penggerak yang sudah lebih dulu menerapkan Kurikulum Merdeka.

 

“Ada paradigma baru untuk kegiatan pembelajaran. Biasanya guru dalam tanda kutip terbelenggu dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka di Kurikulum Merdeka ini siswa itu prosesnya sangat dihargai. Jadi, tidak hanya terpaku pada nilai, tetapi bagaimana prosesnya,” ungkap Joko Prasetyo, guru SMPN 2 Temanggung, Jawa Tengah.

 

Joko menambahkan, berbagai pembelajaran berbasis proyek atau yang sering dikenal dengan project based learning (PBL) turut diimplementasi. Sedikitnya ada 3 proyek yang telah diimpelemntasi di SMPN 2 Temanggung, di antaranya pembelajaran mengenai pengelolaan sampah, serta menerapkan budaya kearifan lokal melalui tarian tradisional.

 

Bersamaan dengan peluncuran Kurikulum Merdeka, Menteri Nadiem juga meluncurkan Platform Merdeka Mengajar sebagai wadah bagi guru untuk menyalurkan kreativitasnya dan membangun ekosistem pendidikan yang lebih baik.

 

“Sekarang kita masuk ke dalam digitalisasi dalam adopsi Kurikulum Merdeka. Harapannya, Platform Merdeka Mengajar dapat berkembang, dapat menjadi platform yang konten dan materinya tidak hanya dari kementerian, tetapi juga dari guru untuk guru,” tandas Nadiem. (Diksi/Tan/AP/NA)