Ini Dia 5 Aspek Perubahan Kurikulum SMK!
Jakarta, Ditjen Diks;Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto menjelaskan, demi mewujudkan keterserapan lulusan pendidikan vokasi, perubahan kurikulum menjadi dasar melakukan “link and match”. Semisal untuk SMK, dilakukan lima aspek perubahan. “Pertama, mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya matematika dan Bahasa Indonesia akan menjadi matematika terapan dan Bahasa Indonesia terapan,” terangnya saat wawancara dengan beberapa media secara daring (7/1).
Adapun kedua, tambah Wikan, magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih. Lalu, ketiga, terdapat ko-kulikuler mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester. Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing. Terakhir, terdapat wajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat.
“Pada program SMK CoE 2020, kami juga telah memasukkan paket 8+1, sedangkan pada 2021 akan diluncurkan program SMK Pusat Keunggulan (PK), yakni penyempurnaan SMK CoE dengan melibatkan PTV untuk membina SMK,” jelas Wikan.
Antusias Meningkat
Pada kesempatan tersebut, Wikan turut menyampaikan perkembangan pendidikan vokasi selama masa kepemimpinannya atau sekitar enam bulan belakangan. Menurutnya, dengan berbagai program yang telah diluncurkan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi, telah terjadi peningkatan pemahaman dan juga gairah, baik dari satuan pendidikan vokasi maupun dunia usaha dan industri. Hal tersebut dibuktikan dengan berjalannya program “link and match” secara nyata dan tuntas antara satuan pendidikan vokasi dengan DUDI. Pasalnya, “Paket 8+1 sudah banyak diwujudkan oleh ribuan SMK serta ratusan perguruan tinggi vokasi (PTV) dan lembaga kursus dan keterampilan (LKP),” tegas Wikan.
Paket 8+1 dalam program “link and macth” yang dimaksud mencakup penyelarasan kurikulum satuan pendidikan vokasi dengan industri, pengembangan soft skills dengan project base learning, guru tamu dari industri mengajar di satuan pendidikan vokasi (minimal 50 jam per semester per prodi), magang minimal satu semester, penerbitan sertifikasi kompetensi, pendidikan dan pelatihan pengajar pendidikan vokasi di industri, riset terapan yang menghasilkan produk untuk masyarakat, serta komitmen serapan lulusan oleh dunia usaha dan industri (DUDI). Sedangkan +1 merupakan bantuan, beasiswa maupun ikatan dinas yang diberikan oeh dunia usaha dan industri.
Selain itu, tambah Wikan, terjadi perubahan mindset dari para pimpinan satuan pendidikan vokasi Tanah Air yang kini lebih terbuka dan berani melakukan terobosan untuk mewujudkan “link and match” seutuhnya. “Karenanya, kami akan terus meningkatkan mindset dan leadership SDM pendidikan vokasi secara pesat dan cepat,” tegasnya
Tak hanya satuan pendidikan vokasi, pihak industri juga kian terbuka untuk melakukan kerja sama dengan satuan pendidikan vokasi. “Kami pun telah memberikan penghargaan kepada empat puluh IDUKA (dunia indusri, usaha, dan kerja, red) karena mereka turut membina puluhan, bahkan ratusan, satuan pendidikan vokasi. Mereka semakin menerima karena dengan ‘link and match’, lulusan pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhannya,” pungkas Wikan. (Diksi/AP/GS)