Cukup Tiga Semester, Industri Dapat Tenaga Kerja Kompeten

Jakarta, Ditjen Diksi -- Program SMK D-2 Jalur Cepat (Fast Track) yang digagas Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek disambut antusias kalangan industri, salah satunya PT INKA (Persero). 

 

Bagi perusahaan manufaktur perkeretaapian pertama dan terbesar di Asia Tenggara itu, program SMK D-2 Jalur Cepat sudah menjadi kebutuhan industri.

 

Oleh karena itu, Direktur Pengembangan PT INKA, Agung Sedaju menyambut baik adanya program tersebut. “Kami tertarik terlibat mengembangkan SMK D-2 Jalur Cepat, karena industri membutuhkan tenaga kerja yang cepat,” katanya saat menyampaikan paparan pada webinar bertajuk “Ciptakan Tenaga Kerja Terampil melalui Competitive Fund” (19/5).  

 

Menurut Agung, dengan adanya D-2 Fast Track akan mempercepat siswa untuk menyelesaikan studinya. Oleh karena itu, industri tidak perlu lagi menunggu sampai dua tahun untuk mendapatkan tenaga kerja yang kompeten. “Cukup tiga semester, kami sudah mendapatkan tenaga kerja yang kompeten,” tandasnya. 

 

Lebih hebatnya lagi, melalui program ini, pihak industri juga dilibatkan dari awal dalam menciptakan tenaga kerja terampil. “Kami bisa hadir mendidik mereka sejak masih menjadi mahasiswa yang sedang belajar,” ujar Agung.  

 

Agung lantas membandingkan, jika harus merekrut dari lulusan SMK, pihaknya harus mendidik terlebih dahulu. Paling tidak, butuh waktu satu tahun baru dapat dirasakan manfaatnya oleh industri. Selain itu, dari sisi biaya juga lebih murah karena pendidikannya tidak lagi ditanggung industri. 

 

“Bagi industri, program SMK D-2 Fast Track merupakan sebuah kebutuhan untuk mendapatkan tenaga kerja yang terdidik, memiliki kualitas yang lebih baik dan biaya yang lebih murah,” jelas Agung.

 

Selain itu, Agung juga melihat, program SMK D-2 Fast Track adalah solusi terhadap persoalan “link and match”.  Industri dari awal sudah dilibatkan, mulai dari menyusun kurikulum hingga mendidik secara langsung, baik mental maupun pengetahuan teknisnya.  

 

Hanya saja, Agung mengingatkan, politeknik yang menyelenggarakan program SMK D-2 Jalur Cepat harus berhati-hati pada saat menyusun kurikulumnya. “Jangan hanya match pada satu industri,” katanya. 

 

Setidaknya, menurut Agung, bimbingan teknik dan pemahaman tentang industri tidak hanya pada satu industri, tetapi bersifat umum. Melalui program tersebut, mahasiswa bisa bekerja di industri lain. “PT INKA tidak bisa menyerap seluruh lulusan SMK D-2 Fast Track,” jelasnya. (Diksi/Bam/AP/NA)