Wujudkan Pertanian Berkelanjutan, Dosen Polinela Ciptakan Aplikasi Metabolit Sekunder APH dari Cendawan
Lampung, Ditjen Vokasi - Serangan organisme pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit pada tanaman jagung menjadi kendala yang sering dihadapi oleh petani. Oleh karena itulah, tim dosen Prodi Teknologi Produksi Tanaman Pangan, Politeknik Negeri Lampung (Polinela) mengembangkan aplikasi metabolit sekunder agensia pengendali hayati (APH) dari Beauveria bassiana dan Trichoderma sp.
Jagung menjadi salah satu komoditas penting dalam sektor pertanian di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, jagung digunakan secara luas dalam berbagai industri. Jagung muda dapat dikonsumsi langsung sebagai sayuran maupun diekspor. Singkatnya, tanaman jagung menjadi sangat potensial bagi para petani.
Sayangnya jenis tanaman ini sangat rentan dengan serangan sejumlah hama seperti ulat grayak jagung (Spodoptera frugiperda), wereng jagung (Peregrinus maidis dan Stenocranus sp.), lalat bibit (Atherigona sp.), dan kutu daun (Aphis sp.). Selain itu, tanaman jagung juga rentan dengan serangan penyakit bulai. Serangan penyakit bulai dan penyakit penting lainnya pada tanaman jagung menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen tanaman jagung.
Selama ini, para petani kerap menggunakan pestisida untuk mengusir hama. Akan tetapi, penggunaan pestisida sendiri dapat berdampak buruk pada lingkungan.
“Penggunaan pestisida secara terus menerus juga berpengaruh pada produk hasil pertanian dan juga menyebabkan resistensi pada OPT yang diaplikasikan pestisida kimia secara terus menerus,” kata Ketua Penelitian, Lina Budiarti.
Oleh karenanya, lanjut Lina Budiarti, pengendalian hama yang ramah lingkungan perlu terus dikaji terutama pemanfaatan metabolit sekunder dari cendawan Beauveria bassiana dan Trichoderma sp sebagai agensia hayati.
“Penelitian kami ini berfungsi mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanam jagung. Kami melibatkan tim dosen Prodi Teknologi Produksi Tanaman Pangan dan para mahasiswa dalam riset ini,” terang Lina Budiarti.
Aplikasi metabolit sekunder APH dari Beauveria bassiana dan Trichoderma sp., lanjut Lina Budiarti, dilakukan sejak tanaman jagung berumur dua minggu sampai jagung siap panen.
Sementara itu, pembuatan metabolit sekunder dari cendawan entomopatogen dan antagonis, yaitu Beauveria bassiana dan Trichoderma sp. ini memanfaatkan bahan organik limbah cucian air beras dan air kelapa sebagai media cair untuk pertumbuhan cendawan.
Metabolit sekunder yang telah dipanen dari media cair kemudian diaplikasikan pada bagian tajuk tanaman jagung untuk menekan populasi OPT. Selain berfungsi dalam mengendalikan OPT tanaman, menurut Lina Budiarti, aplikasi metabolit sekunder pada tanaman jagung juga tidak berdampak terhadap musuh alami seperti predator dan parasitoid yang sangat penting keberadaannya pada lahan budi daya.
“Keberadaan predator dan parasitoid ini seperti laba-laba, kumbang predator, dan parasitoid menjadi salah satu faktor pengatur kestabilan populasi hama di ekosistem,” tambah Lina Budiarti.
Pengendalian dengan metabolit sekunder agensia pengendali hayati (APH) juga mendukung pertanian berkelanjutan dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan terjaganya keamanan produk pertanian bagi konsumen.
Kegiatan penelitian ini dibantu oleh tim dosen yang memiliki keahlian di bidang proteksi tanaman, yakni Ni Siluh Putu Nuryanti dan Juwita Suri Maharani. Penelitian ini sendiri didanai oleh DIPA Politeknik Negeri Lampung tahun anggaran 2023. (Polinela/Nan/Cecep)