Wujudkan Citra Ditjen Pendidikan Vokasi yang Positif dengan Pengelolaan Komunikasi Krisis yang Efektif
Jakarta, Ditjen Vokasi – Pendidikan vokasi memegang peran penting dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang siap kerja dan memenuhi kebutuhan industri. Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen untuk terus menjaga citra dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pendidikan vokasi dalam mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas.
Komunikasi yang efektif memainkan peranan penting dalam menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang peran dan kontribusi pendidikan vokasi. Melalui komunikasi yang strategis, Ditjen Pendidikan Vokasi berupaya untuk mengubah pandangan negatif menjadi apresiasi yang lebih besar terhadap nilai dan manfaat dari pendidikan vokasi.
Dalam sesi diskusi acara Temu Humas dan Publikasi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Tahun 2024 yang dilaksanakan di Jakarta pada 20 s.d. 22 Maret 2024, Tim Staf Khusus Mendikbudristek Bidang Komunikasi dan Media, Radityo Prabowo, menuturkan bahwa komunikasi memiliki peranan penting untuk sebuah institusi.
Terdapat dua fungsi penting dari komunikasi, yakni promosi dan perlindungan. Pengelolaan komunikasi yang strategis menjadi fokus utama untuk memperkuat citra positif Ditjen Pendidikan Vokasi terutama saat menghadapi sebuah isu ataupun krisis komunikasi.
Komunikasi yang baik dapat menjadi jembatan untuk mempromosikan sebuah institusi guna mendapatkan citra positif. Citra yang baik akan memperkuat perlindungan sebuah institusi jika suatu saat dihadapkan pada kondisi yang krisis. Oleh karena itu, amat penting bagi sebuah institusi untuk membangun komunikasi yang baik.
“Dalam menghadapi potensi isu dan krisis, setiap organisasi harus memutuskan secara cepat dengan informasi yang ada dengan memperhatikan konsensus yang ingin dicapai,” ucap Radityo.
Radit juga menambahkan bahwa dalam menghadapi krisis komunikasi, setiap organisasi harus mengidentifikasi mana isu dan krisis agar tetap tenang dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Model merespons isu yang efektif ialah dengan memaksimalkan satu jam pertama untuk menyampaikan informasi terbaru meskipun belum ada informasi terbarunya.
“Dengan ketenangan ini akan membantu kita dalam menyelesaikan komunikasi krisis. Dalam waktu 24 jam kita harus bisa merespons krisis tersebut untuk menjaga kepercayaan publik dan reputasi institusi,” ucap Radityo. (Aya/Cecep)