Vokasi di Mata DUDI, Lulusan SMK Lebih Kompeten dan Loyal
Bogor, Ditjen Vokasi - Program SMK Pusat Keunggulan (PK) dinilai menjadi solusi kerja sama yang ideal di mata dunia usaha dan dunia industri (DUDI). DUDI bisa mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya sesuai dengan kebutuhan industri, tetapi juga loyal dan memiliki komitmen tinggi terhadap perusahaan.
Direktur Program Pendidikan Axioo Class Program, Timmy Theopelus, mengatakan bahwa dunia usaha dan dunia industri menghadapi sejumlah tantangan terkait ketersediaan SDM di perusahaan yang kompeten, terampil, dan punya komitmen tinggi terhadap perusahaan.
Menurut Timmy, kerap kali perusahaan terpaksa harus mengeluarkan banyak uang untuk mencari calon tenaga kerja baru melalui bursa-bursa tenaga kerja maupun aplikasi-aplikasi pencari kerja. Mereka juga kerap harus melakukan pelatihan atau training terlebih dahulu agar kompetensinya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri.
“Tapi setelah kami mengeluarkan banyak uang ujung-ujungnya “muntaber” alias mundur tanpa berita, keluar saja begitu padahal kami sudah latih dan sebagainya,” kata Timmy yang menjadi salah satu pembicara pada acara Bootcamp Unite for Education (UFE) Sustainability Forum yang diselenggarakan PermataBank beberapa waktu lalu.
Menurut Timmy, kerja sama dengan SMK dan kehadiran program SMK Pusat Keunggulan menjadi solusi untuk menjawab tantangan kebutuhan SDM yang mereka hadapi selama ini. Menurut dia, kerja sama pembentukan budaya kerja/industri dan nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan sudah dimulai sejak dari bangku sekolah. Hasilnya, SDM sudah benar-benar sesuai dengan kriteria dan kompetensi yang dibutuhkan industri.
SDM yang disediakan bersama dengan SMK ini juga dinilai Timmy jauh lebih loyal dan berkomitmen tinggi terhadap perusahaan. Dengan demikian, tidak hanya menghindari pegawai “muntaber”, loyalitas yang tinggi pada perusahaan juga berdampak pada kinerja dan produktivitas perusahaan.
“Karena dengan kerja sama melalui SMK PK ini, minimal SDM yang dihasilkan itu sudah setengah atau tiga perempat matang dan mereka sudah diperkenalkan dengan value perusahaan kami dari sejak mereka masih di sekolah,” kata Timmy yang mengaku bahwa 40 persen pekerja di perusahaannya merupakan lulusan dari SMK yang bekerja sama melalui Axioo Class Program.
Axioo Class Program sendiri merupakan sebuah program pendidikan untuk menyiapkan tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan industri melalui program sinkronasi kurikulum, workshop berkelanjutan bagi guru dan siswa, dan pembelajaran berbasis IT dan bersertifikasi internasional.
Selain menjawab tantangan SDM untuk industri, Timmy juga menilai bahwa SMK PK bisa menjembatani terwujudnya model pendidikan vokasi impian, khususnya untuk jenjang SMK. Utamanya adalah3 terkait dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk mencetak lulusan dengan kompetensi tinggi di bidangnya.
Menurut Timmy seiring dengan perkembangan zaman, anak-anak Indonesia cenderung ingin belajar sesuai apa yang menjadi passion mereka. Hanya saja, masih banyak orang tua dan anak-anak yang tidak menemukan SMK-SMK yang sekiranya dapat mendukung berkembangnya passion tersebut.
“Jadi, pendidikan vokasi itu sebenarnya impian bagi anak-anak Indonesia saat ini dan SMK PK bisa menjadi jembatan untuk mewujudkan SMK-SMK impian mereka ini,” kata Timmy. (Nan/Cecep Somantri)