Tingkatkan Produktivitas Sektor Industri FnB melalui Pengenalan Konsep Teknologi 4.0 pada Sektor Pangan dan Minuman

Tingkatkan Produktivitas Sektor Industri FnB melalui Pengenalan Konsep Teknologi 4.0 pada Sektor Pangan dan Minuman

Jakarta, Ditjen Vokasi - Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang ditandai dengan kolaborasi teknologi siber dengan otomatisasi. Revolusi ini telah membawa perubahan signifikan di berbagai sektor, yang awalnya bergantung pada tenaga kerja manual, kini telah digantikan oleh mesin berteknologi. Transformasi ini terjadi di berbagai sektor industri, termasuk industri makanan dan minuman. 


Indonesia sebagai negara berkembang berupaya untuk mengoptimalkan kinerja dan potensi sektor manufakturnya. Pada tahun 2018, diluncurkan peta jalan penerapan Industri 4.0 di lima sektor prioritas bertajuk “Making Indonesia 4.0.” 


Industri makanan dan minuman merupakan salah satu subsektor manufaktur yang diprioritaskan untuk melakukan transformasi digital. Penerapan teknologi Industri 4.0 pada industri makanan dan minuman bertujuan untuk meningkatkan produktivitas secara efisien dan kualitatif, sehingga meningkatkan daya saing industri. 


Namun, perkembangan teknologi 4.0 pada sektor makanan dan minuman terbilang lambat karena dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM). Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang siap kerja, kreatif, dan inovatif untuk mendukung teknologi industri makanan dan minuman di era Industri 4.0.


Menyadari pentingnya kebutuhan tersebut, Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, melalui kanal Youtube-nya menyelenggarakan webinar dengan tajuk Introducing Industrial 4.0 Concept in Food and Beverage Sector (05-10-2023). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait perkembangan sektor industri makanan dan minuman untuk mendukung era Industri 4.0.


Direktur SMK, Wardani Sugiyanto menyampaikan bahwa kemajuan teknologi dengan cepat mengubah sektor makanan dan minuman, didorong oleh tingginya konsumsi rumah tangga dan beragamnya permintaan pasar, baik domestik maupun global. Pendidikan vokasi berperan penting dalam mempersiapkan SDM yang berdaya saing dan mampu beradaptasi, serta memiliki kreativitas dan inovasi agar selaras dengan tren industri makanan dan minuman. Pertukaran pengetahuan dan kolaborasi antara para ahli, pendidik, dan profesional industri sangat dibutuhkan agar lulusan yang dihasilkan bisa relevan dengan industri terkait. 


“Kita harus siap dengan segala perubahan itu dengan menyediakan SDM yang berkompeten. Kolaborasi adalah kunci untuk menghadapinya. Kita harus tahu perkembangan terkini, teknologi, dan pendekatan pendidikan yang relevan dengan era Industri 4.0 di sektor ini,” ucap Wardani.



Korea Research Institute of Vocational Education and Training, Young Saing Kim, menyampaikan apabila teknologi baru memberikan dampak langsung dan tidak langsung pada pendidikan kejuruan melalui perubahan pekerjaan dan perubahan lingkungan. Pendidikan vokasi merupakan faktor paling kritis untuk mengetahui dampak positif atau negatifnya. Ketika pendidikan kejuruan berjalan dengan baik dan efektif yang dapat memberikan dampak positif pada sebagian besar dampak teknologi baru.


“Pendidikan kejuruan harus mengadopsi teknologi baru dan memperbarui sistem pengembangan keterampilan baru untuk memenuhi kebutuhan keterampilan nyata,” ucap Kim.


Lee Seung Ik, dari Honam University, menyampaikan bahwa teknologi telah merubah paradigma industri pangan. Teknologi pangan memiliki arti memanfaatkan industri makanan yang sudah ada ditambahkan dengan teknologi ICT mulai dari permulaan, pengolahan produksi, sampai ke servis yang diubah menjadi teknologi baru. Tujuan mendasar dari pengenalan teknologi pangan adalah untuk meningkatkan efisiensi produk pertanian, mewujudkan distribusi dan konsumsi pangan yang sangat efisien serta memecahkan masalah sosial kemasyarakatan. 


“Kita perlu merancang pendidikan program pendidikan yang inovatif, arah strategis pembangunan mengembangkan program pembelajaran,” ucap Lee.


Sementara itu, Eskawati Musyarofah Bunyamin, perwakilan dari Badan Standar Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), menuturkan bahwa pemerintah Indonesia memulai serangkaian reformasi pendidikan sistemik yang secara kolektif disebut sebagai Merdeka Belajar. Perbaikan kurikulum, kualitas pengajaran yang lebih baik, dan implementasi yang dirancang dengan baik ini untuk memastikan bahwa siswa di seluruh Indonesia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk belajar di sekolah. 



“Dengan mendorong kebijakan Merdeka Belajar di SMK, Indonesia dapat mengembangkan tenaga kerja terampil yang siap menghadapi tantangan dan peluang era industri 4.0,” ucap Eskawati. (Aya/Cecep)