Tangria: Salon dan Spa Berstandar Industri ala SMK PGRI 1 Kudus

Tangria: Salon dan Spa Berstandar Industri ala SMK PGRI 1 Kudus

Kudus, Ditjen Vokasi - Suasana tenang dengan aroma wewangian yang semerbak menjadi daya tarik pertama kali ketika menginjakan kaki di Tangria. Mutiara tersembunyi yang terdapat di Kudus, tepatnya di sebuah salon dan spa ala SMK PGRI 1 Kudus. Tangria merupakan teaching factory (Tefa) yang dimiliki SMK tersebut sejak tahun 2019.


Tangria menjadi tempat pembelajaran para siswa Jurusan Kecantikan dan Spa untuk berlatih menangani pelanggan melalui magang di Tefa tersebut. Jasa yang ditawarkan pun berbagai macam, mulai dari pemotongan rambut, pewarnaan rambut, manicure & pedicure, bahkan spa dan pijat. 


Bambang Sugiarto selaku Kepala SMK PGRI 1 Kudus menyatakan bahwa Jurusan Kecantikan memiliki peluang kerja yang luas dan diminati oleh anak muda. Maka dari itu, SMK tersebut pun menciptakan ruang pembelajaran yang menyenangkan melalui Tefa. 


“Industri kecantikan sangat menjanjikan untuk karier siswa. Dengan melatih keterampilan siswa melalui Tefa ini lah dampaknya bisa berguna untuk siswa ketika masuk di dunia kerja,” tutur Bambang.



Berdasarkan penjelasan Bambang, staf di Tangria merupakan siswa kelas XI di SMK PGRI 1 Kudus yang berfokus pada konsentrasi spa. SMK PGRI 1 Mejobo juga memisahkan ruangan pembelajaran dan ruangan untuk pelanggan.


Tidak hanya dimanfaatkan oleh siswa, Tangria terbuka untuk umum dan hasil pendapatannya dimanfaatkan untuk pemeliharaan sekolah. Menurut Bambang, walaupun SMK tersebut berkesempatan mendapatkan dana bantuan terkait pembangunan gedung, tetapi untuk pemeliharaannya tetap mandiri dan berasal dari hasil Tefa. Pengunjungnya pun tidak hanya dari Kudus, tetapi sudah banyak yang dari luar kota seperti Semarang, Purwodadi, dan bahkan tak sedikit yang berasal dari Jakarta. 


"Di akhir pekan pelanggan yang datang bisa sampai 15—20 orang. Omzet sebulan tak menentu tapi rata-rata Rp20--30 juta,” ungkap Bambang.


Jeannie Gabriel, salah satu siswa kelas XII, merasakan bahwa ia tidak salah memilih SMK untuk mengembangkan bakatnya di bidang kecantikan. Dengan pembelajaran di Tefa maupun berbagai proyek, ia bisa menerima job dari banyak klien dan mengikuti berbagai acara.


“Waktu itu pernah ada selebgram yang datang ke Tangria dan kebetulan saya penata rambutnya. Jujur sebenernya deg-degan, tapi akhirnya berjalan mulus. Untungnya, selebgramnya pun ramah banget, jadi saya tidak tegang,” ungkap Jenny menceritakan pengalamannya.


Dari pembelajaran di Tefa tersebut lah, ia pun bisa membuka jasa rias dan penata rambut. Melalui akun portofolionya di Instagram yaitu @jeans.makeover, terunggahlah hasil tangan dara kelahiran Kudus tersebut.


“Di SMK, kami diajarkan untuk branding diri sebagai makeup artist. Maka dari itu, saya punya instagram khusus untuk mengunggah hasil riasan saya,” tutur Jenny.


Jenny pun merasa bersyukur karena ia menjadi anak SMK sesuai dengan pilihannya. Dengan adanya Tefa tersebutlah ia memiliki gambaran seperti apa bisnis kecantikan. Hal itu dikarenakan, Tangria dilengkapi dengan ruang reflexiologi, ruangan spa VIP, dan manajemen sekelas industri. Menurutnya, itu sangat berguna ketika ia akan membuka usaha salon.


“Saya memang bercita-cita punya usaha salon ataupun spa. Dengan melihat bagusnya Tangria, saya jadi punya panduan gimana sih mengembangkan usaha tersebut,” jelas Jenny.



Tangria pun makna filosofi yang cukup dalam. Menurut penjelasan Bambang sebagai kepala sekolah, Tangria berasal dari bahasa Jawa yang berarti di rumah. Ia menginginkan bahwa Tefa tersebut dapat membuat pengunjung nyaman seperti berada di rumah. Dimulai dari harga Rp100 ribu, pengunjung bisa menikmati layanan yang ada di Tangria. (Zia/Cecep)


Sumber foto: Instagram @tangriaspa