Tanggap Peluang Pasar, Tim Polines Kembangkan Mesin Panen  Rami di Wonosobo

Tanggap Peluang Pasar, Tim Polines Kembangkan Mesin Panen Rami di Wonosobo

Semarang, Ditjen Vokasi - Penggunaan serat alam semakin populer di masyarakat seiring dengan trend konsep keberlanjutan di industri fesyen. Hal tersebut menjadikan permintaan akan komoditas serat rami semakin meningkat. Kebutuhan serat rami dunia diperkirakan mencapai 1 juta ton per tahun, di mana Indonesia berpotensi untuk memenuhi 20 persen dari kebutuhan tersebut.


Dengan alasan di atas, tim pengabdian Politeknik Negeri Semarang (Polines) mengembangkan Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa mesin panen rami dan penerapan manajemen supply chain melalui pendataan mumpuni berbasis teknologi internet of thing (IoT). Inovasi tersebut menjadi upaya atau strategi untuk meningkatkan produktivitas serat rami pada UKM Rabersa yang berada di Desa Gandok, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 


“UKM Rabersa merupakan salah satu penghasil serat rami yang beroperasi dari hulu ke hilir dimulai dari penanaman sampai produksi serat setengah jadi yang dapat digunakan untuk produk selanjutnya. Produksi serat rami di UKM Rabersa dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat sebagai mitra (metode supply chain),” kata dosen Jurusan Teknik Mesin sekaligus ketua tim pengabdian, Farika Tono Putri. 

 

Menurut Farika, selain dirinya, tim pengabdian ini juga melibatkan dua dosen lainnya, yakni Ragil Tri Indrawati dan Rizkha Ajeng Rochmatika. Tim juga melibatkan tiga orang mahasiswa sebagai wujud penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

 

“Program kegiatan dimulai dari Juni hingga Desember 2023 dan bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi mitra serta meningkatkan daya produksi UKM,” kata Farika. 


Tanaman rami atau boehmeria nivea sendiri merupakan salah satu serat dengan potensi dapat menggantikan serat kapas sebagai bahan baku tekstil. Tanaman ini mempunyai sifat dan karakteristik serat kapas. Serat rami dapat diolah menjadi bahan dasar pembuatan hiasan rumah sampai dengan penggunaan yang lebih high end, seperti komposit material tahan peluru, tekstil, komposit kedap suara, dan komposit material implant

 

Lebih lanjut, Farika menyatakan bahwa pemilihan UKM Rabersa karena pengelolaan usaha rami yang dilakukan oleh Wibowo Ahmad tersebut selama ini masih dijalankan secara konvensional. Selain itu, pada sisi produksi, UMK ini juga dinilai tidak memiliki ketidakmampuan untuk meningkatkan produktivitas panen. Hal ini dikarenakan proses panen dilakukan menggunakan sistem konvensional, yakni tanpa bantuan TTG. 


Pada aspek manajemen supply chain yaitu pengelolaan usaha juga belum menerapkan sistem pendataan secara digital dan accessible karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan UKM Rabersa yang masih terbatas dengan sistem konvensional. 


“Kami mencoba membuat TTG untuk meningkatkan kemampuan produksi,” kata Farika.


Capaian hasil kegiatan pengabdian ini meliputi mesin panen rami. Mesin tersebut memiliki spesifikasi berupa mesin penggerak dengan menggunakan motor bensin 4 TAK dengan putaran penggerak 2400 RPM serta transmisi menggunakan fleksibel shaft dan pisau panen menggunakan tipe rotari 2 mata pisau. 

 

“Selain itu kami juga menciptakan sistem manajemen supply chain berbasis IoT melalui website yang dapat menghubungkan 555 mitra yang tersebar di 20 desa serta peningkatan pengetahuan mitra melalui pelatihan penggunaan teknologi mesin panen rami dan sistem manajemen supply chain,” ujar Farika. (Polines/Nan/Cecep)