SMK PK Harus Lakukan Terobosan dan Kolaborasi
Jakarta, Ditjen Diksi – Tidak sekadar pemenuhan sarana dan prasarana bagi SMK Pusat Keunggulan (PK), pengimbasan menjadi hal yang tidak kalah penting dalam pengimplementasiannya. Karena itu, Direktorat SMK menggelar bimbingan teknis terkait SMK PK sektor hospitality secara daring (19/8).
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengatakan, kolaborasi dapat dilakukan oleh SMK PK agar melakukan pengimbasan yang membangun dan positif bagi sekolah maupun stakeholder di sekitarnya. “Ayo berpikir sesuatu yang penuh terobosan, berbeda-beda. Kita ingin melihat anak-anak melalui teaching factory dan mengimplementasikan project based learning (PBL),” ujarnya.
Wikan juga mengajak SMK PK, seperti SMKN 1 Kalasan, yang sudah memiliki kelengkapan fasilitas hotel, restauran, kafe, kitchen, dan galeri untuk melakukan pengimbasan terhadap sekolah-sekolah sekitar dengan melakukan kolaborasi dalam sebuah proyek. Adapun usulannya, yakni dengan memberikan tantangan kepada siswa SMK untuk melakukan PBL dengan membuat paket tour edukasi yang menjual wisata edukasi ke Prambanan maupun Borobudur dan sekitarnya.
“Contohnya, untuk anak-anak kelas 2 dan 3, PBL dalam satu proyek diminta untuk mendesain satu paket wisata edukasi. Diajarkan mulai membuat produk, menjual, sampai mengelola tamu. Segmennya adalah anak-anak muda Jakarta, Surabaya, Semarang, sekitar Jogja atau Sumatera dan wilayah lainnya. Bukan menjual candinya, tapi tour wisata edukasinya, tidur dan makannya di sekolah itu,” terang Wikan.
Tidak hanya itu, Wikan menambahkan paket english speaking yang bisa melibatkan mahasiswa vokasi UGM atau mahasiswa program studi bahasa Inggris untuk menjadi tutor. Selain itu, untuk menghibur turis yang sedang makan di restauran atau kafe tersebut, SMKN 1 Kalasan bisa melibatkan peserta didik dari SMK musik yang ada di daerah Bantul. Sehingga, proyek yang dilakukan SMK PK tersebut berhasil mengimbas pada lingkungan di sekitarnya.
Ditambah lagi melalui pendekatan budaya, paket tour wisata yang ditawarkan juga bisa ditambahkan dengan adanya latihan membatik atau membuat karya kriya logam. Sehingga, proyek ini secara otomatis juga melahirkan PBL untuk sekolah lain yang memiliki bidang keahlian seni kriya logam. Sedangkan galeri yang dimiliki SMKN 1 Kalasan bisa digunakan untuk memamerkan produk kriya logam SMK se-Yogyakarta yang memiliki nilai jual untuk dipasarkan dan menembus minat beli bagi turis asing.
“Pemimpin subur itu selalu berpikir, ayo kita coba, ayo kita coba. Di situ yang namanya pengimbasan. Laboratorium bisa dijadikan praktik bersama, serta melibatkan proyek dari SMK lainnya menjadi mitra,” jelas Wikan.
Di samping itu, Wikan juga menyampaikan terobosan yang dilakukan merupakan salah satu upaya untuk bisa bergerak cepat melalui bidang industri kreatif dan pariwisata dengan menyisipkan nilai budaya dan nilai-nilai luhur yang dapat dikemas sedemikian rupa. Sehingga, hal itu menjadi daya tarik yang dapat mengundang turis untuk membeli paket tour wisata yang ditawarkan.
Wikan pun berharap agar pelaksanaan teaching factory (tefa) yang diusulkan bagi SMK PK tersebut dapat segera terlaksana. “Semoga dari tefa yang saya gambarkan itu bisa terlaksana dengan baik. Semoga menghasilkan lulusan yang kompeten, enterpreneur atau pekerja yang profesional,” tambahnya. (Diksi/Tan/AP/Teguh Susanto)