SKB Gunungkidul Berhasil Berdayakan Potensi Lokal
Gunungkidul, Ditjen Vokasi PKPLK – Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Gunungkidul, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan nonformal sejak dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, termasuk program kursus-kursus mengenai kecakapan hidup. Semua penyelenggaraan program disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masyarakat Gunungkidul. Dalam perjalanannya SKB ini berhasil mendorong tingkat kecakapan hidup termasuk perekonomian masyarakat di sana.
Ruang pendidikan nonformal dengan visi menyelenggarakan pendidikan nonformal yang lebih baik, untuk mewujudkan masyarakat cerdas, berbudaya, kreatif, mandiri, berdayaguna dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ini juga menawarkan berbagai program pemberdayaan bagi masyarakat, seperti pelatihan vokal, melukis sepatu dan totebag, tata rias, desain grafis, barista, serta tata boga.
Salah satu contoh keberhasilan pemberdayaan ini adalah pelatihan tata boga yang mengajarkan pembuatan camilan dan kue kecil yang mudah dijual. Selain itu, SKB Gunung Kidul juga memiliki Setara Café Baca, sebuah taman baca masyarakat yang mengusung konsep membaca sambil menikmati kopi. Untuk menarik minat masyarakat, SKB terus berinovasi dengan bekerja sama dengan UMKM lokal.
Kepala SKB Gunungkidul, Suharjiya, mengungkapkan bahwa memang semua program yang ada di SKB tersebut disesuaikan dengan potensi lokal daerah dan masyarakat yang ada di sana. Satuan pendidikan tersebut juga berusaha untuk mendorong hadirnya program layanan masyarakat dengan melahirkan densa-desa binaan.
“Kita juga punya program layanan masyarakat, namanya Desa Binaan, di antaranya layanan PAUD, namanya Kelompok Bermain (KB) Safira, lokasinya ada di Kapanewon Palian. Di sana juga ada satu program kegiatan lain, yaitu program budidaya jahe merah,” kata Suharjiya.
Ia juga mengungkapkan, pelatihan-pelatihan masyarakat di SKB Gunungkidul telah mendorong kemandirian masyarakat dan membuat mereka tergerak untuk berwirausaha.
“Salah satu pelatihan kita itu adalah barista. Masyarakat yang pernah ikut pelatihan tersebut kini bekerja di Kafe Baca yang dimiliki SKB Gunungkidul,” terang Suharjiya.
Kafe Baca tersebut juga menjadi tempat untuk menjual makanan hasil olahan Ibu Pujianti dan anaknya, yang sebelumnya mengikuti pelatihan tata boga di SKB Gunungkidul. Ia mengungkapkan bahwa banyak sekali manfaat yang ia dapat ketika belajar di satuan pendidikan nonformal tersebut. Contohnya adalah ia bisa mengembangkan produk kerupuk yang ia jual menjadi banyak varian termasuk dengan menggunakan produk herbal.
“Sekarang saya bisa mengembangkan kerupuk dari produk herbal belajar dari SKB Gunungkidul. Juga pisang sale yang tadinya cuma satu bentuk, saya bisa membuat menjadi tiga bentuk, karena tanya-tanya sama guru boga yang ada di SKB,” terang Pujianti.
Ia juga mengatakan, bisnis camilan kecil yang dijalankan kini berkembang pesat dan mendorong ibu-ibu lain turut mengembangkan keterampilan melalui SKB.
“Saya menganjurkan ibu-ibu untuk ikut sekolah di SKB. Dengan sekolah kita bisa mendapatkan ijazah lebih tinggi dan keterampilan yang kita dapat, kita bisa mempunyai penghasilan yang lebih,” imbau Pujiati kepada para ibu-ibu. (Esha/Dani)