Siswa SLBN Cipatujah Hasilkan Kerupuk dan Nori Rumput Laut
Cipatujah, Ditjen Vokasi PKLK - Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar sekolah, Sekolah Luar Biasa (SLB) Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat mengolah rumput laut menjadi aneka camilan lezat dan khas. Kegiatan ini menjadi bagian dari program vokasional tata boga yang diselenggarakan di sekolah tersebut.
Kepala SLB Negeri Cipatujah, Endang Rubiandini, mengatakan bahwa produk olahan dari rumput laut yang dibuat oleh para siswa di sekolahnya berupa kerupuk rumput laut dan juga nori rumput laut. Kedua produk ini juga mulai diperkenalkan kepada masyarakat.
“Kami memilih produk-produk tersebut (kerupuk dan nori rumput laut) karena sesuai dengan potensi yang di sekitar sekolah,” kata Endang sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Direktorat PMPK.
Menurut Endang, rumput laut memang menjadi salah satu potensi daerah yang banyak dikembangkan oleh masyarakat di sekitar sekolah.
“Proses pembuatan untuk kerupuk dan nori juga relatif mudah untuk para siswa kami,” kata Endang menambahkan.
Seluruh tahapan dalam proses pembuatan kedua produk tersebut dilakukan seluruhnya oleh para siswa yang merupakan para penyandang tunarungu. Secara bersama-sama para siswa diajarkan untuk mengolah rumput laut mulai dari proses membersihkan rumput laut, memblender rumput laut, mencampur rumput laut dengan bahan-bahan lainnya, hingga pencetakan. Para siswa bahkan juga dilibatkan dalam proses pengepakan atau pengemasan produk.
“Dengan keterampilan vokasional membuat nori dan kerupuk rumput laut ini kami berharap para siswa dapat memiliki keterampilan yang bisa menjadi bekal mereka kelak setelah lulus,” tambah Endang.
Terkait dengan rumput laut sebagai bahan baku, pihak sekolah melibatkan alumni dan juga masyarakat setempat untuk mengumpulkan rumput laut.
“Jadi, kami juga melibatkan alumni kami,” tambah Endang.
Sementara itu, Lina Fadilah selaku guru SLB Negeri Cipatujah mengatakan bahwa mengajarkan keterampilan vokasional, termasuk dalam hal ini adalah membuat kerupuk dan nori memiliki tantangan tersendiri bagi peserta didiknya.
“Karena mengajar tunarungu salah satunya keterbatasan adalah dalam komunikasi apalagi para siswanya sudah lumayan dewasa sehingga komunikasi masih cukup sulit karena terbatasnya kosakata isyaratnya,” kata Lina.
Akan tetapi, dengan memberikan contoh secara langsung menjadi salah satu cara untuk menjembatani berbagai tantangan dalam komunikasi tersebut. (Nan/Cecep)