Sempat Dilarang Kuliah Jauh, Lia Kini Bersiap Belajar ke Belanda

Sempat Dilarang Kuliah Jauh, Lia Kini Bersiap Belajar ke Belanda

Lhokseumawe, Ditjen Vokasi – Pengumuman para awardee program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2023 begitu membekas bagi Wasliyatul Hasanah. Namanya masuk dalam daftar 590 penerima program beasiswa belajar ke luar negeri yang sedang naik daun dan menjadi impian bagi banyak mahasiswa di Indonesia. 

Wasliyatul Hasanah atau yang akrab disapa Lia merupakan mahasiswi Teknik Kimia Program Studi Pengolahan Minyak dan Gas, Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL). Bersama enam rekannya dari PNL, mahasiswi semester tiga ini berhasil mengalahkan ribuan pendaftar pada program beasiswa yang baru dimulai untuk mahasiswa vokasi sejak tahun lalu ini.


"Berangkatannya kalau tidak salah di jadwalnya bulan September. Jadi, saat ini masih mengurus beberapa keperluan seperti visa dan lain-lain," kata Lia yang mengaku tidak menyangka menjadi salah satu penerima beasiswa yang sudah diincar sejak tahun lalu tersebut.


"Sebenarnya sudah ingin ikut dari tahun lalu, tetapi kan masih belum bisa karena masih di kelas-kelas awal," kata Lia. 


Keinginan untuk belajar ke luar negeri juga semakin kuat mana kala rekan sekolahnya saat di SMP sudah lebih dahulu mendapat program beasiswa pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Menurut Lia, temanya menjadi salah satu penerima beasiswa program  Community College Initiative Program CCIP dari AMINEF. 


“Teman saya ini sudah dari Januari lalu berangkat ke Amerika dan seleksinya lebih ketat karena hanya dipilih 10 orang dari seluruh Indonesia,” kata Lia.


Untuk program IISMA ini, Lia akan mendapat kesempatan untuk belajar di kampus Aeres University, Belanda. Di sana, Lia akan belajar tentang Water Management selama enam bulan atau satu semester.


"Kebetulan memang pernah belajar ilmu ini (water management, red) di kampus jadi saya ingin mencoba untuk memperdalam dan mengambil perspektif dari para ahli di luar negeri," kata Lia. 


Kampus Aeres University sendiri, Lia melanjutkan, bukan merupakan pilihan pertamanya. Awalnya Lia memilih University of Strathcyde di Inggris. Alasannya karena beasiswa yang ditawarkan di kampus tersebut di bidang renewable energy. Bidang tersebut sesuai dengan jurusan Lia selama ini di PNL. 


Selangkah lebih dekat 


Selama enam bulan atau satu semester, Lia akan mendapat kesempatan belajar di kampus Aeres University, Belanda. Seluruh pembiayaan pun ditanggung oleh pemerintah. 


Bisa belajar hingga keluar negeri sebenarnya merupakan salah satu impian Lia sejak kecil. Dia ingin melihat dan belajar langsung bagaimana negara-negara Eropa bisa lebih maju. 


“Jadi, kita bisa dapat insight untuk memajukan daerah kita sendiri nantinya,” kata Lia. 


Bagi Lia, program IISMA ini membantu ia selangkah lebih dekat pada cita-cita dan impian masa kecilnya. Apalagi Lia sebenarnya sudah ingin belajar ke luar dari Lhokseumawe untuk dapat perspektif baru. 


Selepas SMA, Lia sebenarnya sempat mendaftar ke LNG Akademi di Bontang, Kalimantan. Sayangnya saat itu ia gagal. Lia juga sempat mendaftar di Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh. Namun, keinginannya urung terlaksana. Meskipun mendapat tawaran beasiswa, namun untuk biaya hidup di Banda Aceh juga tidak mudah. 


"Jadi, pertimbangan lebih karena biaya hidup. Di rumah juga ada adik-adik yang masih sekolah dan perlu biaya juga," kata putri pasangan Zainal Abidin dan Rohani yang pernah menjadi finalis karya tulis ilmiah MYRES bidang sosial humaniora Kementerian Agama RI ini. 


Lia mengaku memang berasal dari keluarga sederhana. Ayah Lia bekerja sebagai staf administrasi di salah satu kampus swasta, sementara sang ibu, lebih fokus mengurus rumah tangga. Untuk biaya kuliah di PNL pun ia mendapat bantuan dari program Kartu Indonesia Pintar. 


"Ini juga yang memotivasi saya untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa mendapat kehidupan yang lebih baik dan mengangkat derajat orang tua dan membanggakan orang tua,” kata Lia 


Saat ini Lia yang merupakan runner-up mahasiswa berprestasi PNL 2022 ini sedang mempersiapkan diri untuk keberangkatan. Restu untuk berangkat ke Belanda sudah dikantongi dari kedua orang tuanya.


Akan tetapi, mahasiswa yang dikenal aktif berorganisasi ini masih menyisakan satu ganjalan, yakni izin untuk mengurus visa yang harus dilakukan di Jakarta. Alasannya, mengurus visa ke Jakarta tentu membutuhkan biaya yang tinggi karena harus terbang ke Jakarta.


"Nanti saya akan pelan-pelan bicara dengan keluarga. Semoga ada rezekinya," ujar Lia seraya berharap diberikan kemudahan dan kelancaran sampai nanti berangkat ke Belanda dan kembali lagi ke tanah air. (Nan/Cecep Somantri)