Sarjana Terapan, Kunci Jawaban Industri
Jakarta, Ditjen Diksi – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makariem terus mendorong program-program dan upaya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) dalam mengembangkan potensi dan keterampilan para peserta didiknya. Adapun yang menjadi program dari Ditjen Diksi, salah satunya adalah pengembangan program D3 menjadi D4 atau sarjana terapan.
“Tujuan dari sarjana terapan adalah memfasilitasi peserta didik untuk tidak hanya terampil di bidang yang dipelajarinya, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjadi creator, inovator, manager maupun pemimpin,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Karenanya, sarjana terapan diharapkan mampu mengembangkan karakter adaptif, kreatif dan cerdas, serta mengajak dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk membenahi kurikulum sebagai strategi belajar dalam menjawab tantangan zaman.
Adapun Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto menambahkan bahwa sarjana terapan adalah solusi untuk berbagai problem banyak pihak. “Keuntungan bagi industri adalah industri akan mendapatkan lulusan yang lebih kompeten dengan skill yang kuat. Hal itu dikarenakan persentase praktik pada sarjana terapan lebih besar dibanding pembelajaran teorinya,” terangnya.
Wikan pun menjelaskan, adapun syarat upgrading program D3 menjadi D4 adalah wajib menyertakan industri. “Kita perlu terus untuk menginformasikan kepada siswa maupun orang tuanya. Mari kita kenalkan D4, vokasi harus ‘menikah’ dengan industri,” ujarnya
Perlunya Kolaborasi
Adanya keterlibatan industri dalam pengembangan kurikulum pada program sarjana terapan tentu dapat menjadi sebuah kolaborasi yang apik. Industri akan mendapatkan tenaga-tenaga yang kompeten sesuai kebutuhan, sedangkan lulusan sarjana terapan juga akan dapat mengasah potensi dirinya lebih mendalam lagi.
Salah satu contoh kolaborasi yang sangat baik tercermin melalui program D4 UGM dengan PT PLN. Industri tidak hanya terlibat dalam pengembangan kurikulum, tetapi juga hingga tahap sertifikasi kompetensi. Sehingga, lulusan sarjana terapan sudah teruji potensi dan kompetensinya.
“Contoh dengan PLN adalah contoh paling ideal, rekrutmennya juga bersama. Dosen-dosen PLN rutin datang ke vokasi, serta sertifikasi dari PLN dan magang di PLN juga ada,” tutur Dirjen Wikan.
Syofvi Felienty Roekman, Direktur Human Capital dan Management PT PLN, menambahkan, dengan adanya kolaborasi bersama UGM, perusahaan bisa mendapatkan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. “Kalau kita rencanakan dari awal itu bisa sesuai dengan apa yang diinginkan PLN. Manfaatnya di PLN 40 persen teori, 60 persen praktik. Kita juga tidak perlu melakukan lagi OJP untuk teman-teman yang sudah disiapkan dari awal. Jadi, kita bisa short therm,” ujarnya.
Sementara itu Country Manager Jobstreet Faridah Lim mengungkapkan, lulusan sarjana terapan telah menjadi insight baru. Karenanya, Faridah berencana untuk memasukkan kualifikasi sarjana terapan/D4 dalam sistem yang ada di Jobstreet. “Ini sangat menarik dan menjadi peluang juga bagi kita dan dunia industri. Sangat memungkinkan untuk memasukkan kualifikasi D4 karena memiliki kelebihan khusus,” tuturnya.
Seiring dengan keinginan tersebut, Dirjen Wikan pun menyambut baik kerja sama ini yang akan memasukkan lulusan D4 dalam kualifikasi pada sistem di Jobstreet. “Sangat menyambut baik tawaran kemitraan dengan Jobstreet. Lulusan S.Tr (sarjana terapan, red) kalau lulus menerima ijazah, transkrip nilai, dan sertifikasi kompetensi. Kemudian sertifikasi lulus magang, punya portofolio project, serta pengakuannya dari industri,” pungkasnya. (Diksi/Tan/AP/Teguh Susanto)