Riset Terapan Vokasi Bangun Kesejahteraan Masyarakat
Jakarta, Ditjen Diksi – Membangun percepatan ekonomi tentunya tidak bisa dilakukan sendiri, terlebih dalam situasi pandemik. Karenanya, Kemdikbud-Ristek melalui Direktorat Kemitraan dan Keselarasan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) melakukan sinergi dengan berbagai pihak melalui Riset Terapan Vokasi yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Tim Program Riset Keilmuan Terapan Lilik Sudiajeng mengatakan, program yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan ditawarkan kepada dosen perguruan tinggi vokasi ini mampu membuat perguruan tinggi vokasi berkontribusi untuk menyelesaikan masalah yang ada di dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja (DUDIKA) dan masyarakat.
“Jadi, program ini mampu menyelesaikan berbagai permasalahan. Permasalahan riset yang diangkat merupakan hasil kajian bersama PTVP dengan mitra DUDIKA maupun masyarakat. Hasil luaran riset ini menghasilkan data langsung yang bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Lilik dalam webinar “Solusi Riset Terapan Vokasi untuk Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat” beberapa waktu yang lalu.
Menurut Lilik, upaya tersebut akan dapat berjalan dengan baik apabila dapat membangun kemitraan yang harmonis antara PTVP dengan masyarakat luas. Lilik juga berharap agar tim periset bersama mitra bekerja sama menyelesaikan berbagai permasalahan yang real berbasis pemecahan masalah yang bersinergi.
Adapun wujud nyata dari riset terapan yang sudah diimplementasikan, salah satunya oleh Sidik Permana dalam mengembangkan DigitalDesa.Id. Sejak 2019 hingga kini, sudah lebih dari 300 desa yang menggunakan DigitalDesa.Id untuk membantu pemerintah setempat “melek” teknologi, terlebih di era industri 4.0 yang hampir seluruh aspek bertransformasi digital.
“Pokoknya kita membantu desa-desa dengan digitalisasi. Kita bantu manajemen bansos desa-desa, mengurus administrasi, dan sebagainya,” tutur Sidik.
Salah satu keberhasilan DigitalDesa.id dalam membantu kesejahteraan masyarakat ialah hasil produk rumah panggung yang dapat dibongkar-pasang yang diciptakan masyarakat Minahasa Utara. Yakni, dengan cara memadukan teknologi dan kearifan lokal daerah hingga mampu menembus pasar di seluruh wilayah Indonesia.
“Dengan begitu, ekonomi untuk mereka bisa expand more. Goal kita itu akses dulu, terus kita beri sistem supaya dengan kapasitas produce more,” tambah Sidik.
Jajang Gunawijaya selaku dosen Program Vokasional Universitas Indonesia juga mengatakan, dosen vokasi perlu memiliki pengalaman riset dari industri yang relavan. Jajang mengakui pihaknya juga telah melakukan riset terapan, salah satunya diterapkan di Kalimantan untuk bidang perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi, menurutnya, apa yang telah dilakukan tidak berhenti hanya sebatas itu karena perlu adanya perkembangan dan pembaruan.
“Saya kira tidak ada istilah puas. Maka, kita perlu melakukan riset-riset yang akan berkembang sesuai dengan situasi dan pembaruan,” ungkap Jajang.
Di samping itu, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta Oetami Dewi serta Hary Supriadi selaku Direktur dan Owner PT Floaton Bahari Indonesia juga turut menerapkan riset terapan yang berdasarkan pada komoditas masyarakat setempat untuk meningkatkan status kesejahteraan masyarakat sekitar.
Dengan membangun pilar-pilar sosial dan membangun komunitas masyarakat setempat, tutur Oetami, pihaknya bersinergi dalam membangun kesejahteraan melalui komoditas yang dimiliki masyarakat setempat. Sinergi pun tetap dilakukan, salah satunya dengan perguruan tinggi setempat.
“Melakukan KKN dengan tematik tertentu. Dengan adanya program desa mandiri, seperti Kota Malang dan Kabupaten Semarang, itu dengan riset dibuat suatu pola seperti menciptakan alat untuk mendukung produksi komoditas setempat. Kami bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat,” ungkap Oetami.
Begitu pula yang dilakukan oleh Hary melalui bidang kemaritiman. “Bicara kemaritiman, problem utama adalah mengubah kebiasaan, mindset, bagaimana orang-orang mencintai lingkungan. Problem utamanya adalah jiwanya, passion-nya yang harus dibenahi. Bagaimana caranya untuk mengambil ikan itu tidak mudah, bagaimana membudidaya ikan agar bisa diekspor,” ujar Hary. (Diksi/Tan/AP/Adi Sutrisno)