Perangkat Ajar Menarik untuk Pembelajaran yang Atraktif

Perangkat Ajar Menarik untuk Pembelajaran yang Atraktif

Jakarta, Ditjen Vokasi – Mendapatkan pembelajaran yang tidak membuat pusing kepala merupakan dambaan bagi setiap siswa. Setiap pendidik dituntut untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan salah satunya melalui perangkat ajar yang menarik.


Sebagaimana kita ketahui bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan Kurikulum Merdeka, di mana tujuan dari kurikulum tersebut adalah untuk memberikan kesempatan bagi semua murid di Indonesia untuk menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan berkarakter Pancasila. 


Penerapan Kurikulum Merdeka merupakan momentum untuk merefleksikan dan memperbaiki praktik pembelajaran. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, visi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tersebut. 


Pemerintah tidak mengatur pembelajaran dan asesmen secara detail dan teknis. Namun untuk memastikan proses pembelajaran dan asesmen berjalan dengan baik pemerintah menetapkan prinsip pembelajaran dan asesmennya. Prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen ini diharapkan dapat memacu pendidikan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar peserta didik lebih kreatif, berpikir kritis, dan terpacu untuk berinovasi. 


Untuk memberikan pemahaman terkait penyusunan perangkat ajar SMK yang menarik guna menghasilkan suasana pembelajaran yang menyenangkan kepada satuan pendidikan, melalui kanal YouTube-nya Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan melakukan Seri Webinar Implementasi Kurikulum Merdeka: Penyusunan Perangkat Ajar SMK yang Menarik untuk Pembelajaran Menyenangkan (12-07-2023).


Direktur SMK, Wardani Sugiyanto, menyampaikan bahwa Kemendikbudristek sudah menyediakan platform Merdeka Mengajar. Platform teknologi tersebut sebagai salah satu dukungan untuk pendidikan dalam pencarian referensi dan naskah inspirasi berupa contoh RPP, modul ajar, dan berbagai dokumen pendukung kurikulum merdeka. Pendidik dapat mengembangkan sepenuhnya berdasarkan contoh yang disediakan maupun menggunakannya secara langsung. 


“Melalui webinar saat ini diharapkan dapat menjawab dan membantu bapak ibu dalam penyusunan modul ajar dan RPP. Mari kita siapkan bahan ajar yang menyenangkan yang menarik agar anak-anak belajar dengan rasa yang bangga, menyenangkan, karena guru-guru kita menyiapkan bahan ajar yang menarik bagi mereka. Jangan sampai anak datang sudah membawa beban karena harus menguasai materi-materi. Akan tetapi, mari kita siapkan materi dengan baik yang menarik sehingga dengan belajar yang menyenangkan itu banyak materi yang terserap, anak tidak tertekan tetapi anak bahagia,” ucap Wardani.


Sementara itu, narasumber dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbudristek, Eskawati Musyarofah Bunyamin, menuturkan bahwa apa pun kurikulumnya, para pendidik wajib memiliki perencanaan pembelajaran sebelum memulai mengajar. Dalam merancang kurikulum para pendidik juga harus menerapkan prinsip-prinsipnya. 


“Prinsip menjadi pegangan kita dalam proses perencanaan kurikulum. Ada enak prinsip yang harus selalu kita pegang seperti sederhana, fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik, fleksibel, selaras, bergotong royong, dan memperhatikan hasil kajian dan umpan balik. Proses pembelajaran yang baik diawali oleh perencanaan pembelajaran yang baik. Diharapkan lulusan-lulusan kita punya kemampuan literasi, nalar kritis dan mampu memecahkan masalah,” tutur Eskawati.


Webinar ini turut dihadirkan pula narasumber dari SMKN 2 Singaraja, Luh Nursasari. Pada kesempatan ini Nursasari membagikan praktik baik yang ia lakukan dalam penyusunan rencana pembelajaran. SMKN 2 Singaraja menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, suatu bentuk pembelajaran yang berusaha memaksimalkan pertumbuhan belajar siswa dengan cara mencari informasi sampai di tingkat mana kemampuan belajar siswa kemudian membantunya untuk lebih berkembang dan lebih maju. 


“Yang kami lakukan dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ialah mengembangkan modul ajar berdiferensiasi, melaksanakan asesmen awal dengan memberikan tes lisan kepada peserta didik, membimbing siswa kelompok siap dan menguasai, dan menjadikan kelompok menguasai menjadi tutor sebaya. Hal ini dilakukan karena masing-masing siswa ini memiliki gaya belajar dan minat yang berbeda. Kesalahan terbesar guru dalam mengajar adalah memperlakukan semua peserta didik seolah-olah mereka adalah varian dari individu yang sama dan dengan demikian merasa dibenarkan dalam mengajar peserta didik di mata pelajaran yang sama dengan cara yang sama,” ucap Nursasari. (Aya/Cecep)