Pengrajin Tenun yang Menginspirasi: Kisah Sukses Monika Situmorang Alumnus PKW 2023
Surakarta, Ditjen Vokasi – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) muda di Indonesia. Salah satunya upayanya adalah melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun Indonesia. Meskipun memiliki waktu belajar yang singkat, program yang telah berlangsung sejak tahun 2021 ini cukup efektif untuk menyiapkan calon-calon wirausaha yang sangat dibutuhkan saat ini.
Monika Situmorang, seorang pengrajin tenun yang berasal dari Samosir, Sumatra Utara, menjadi salah satu contoh sukses pengusaha muda setelah mengikuti program PKW Tekun Tenun Indonesia 2023.
Perjalanan Monika untuk menjadi pengusaha sukses kain tenun tidaklah mudah. Ia harus jatuh bangun untuk membangun kepercayaan masyarakat akan hasil tenunannya tersebut. Pada acara gelar wicara yang masih menjadi rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) pada Kamis (16-05-2024), Monika menceritakan bahwa awal mula ia mengikuti program PKW Tekun Tenun ialah untuk mendapatkan ilmu baru setelah ia lulus SMA.
Ia pun mendaftar program PKW Tekun Tenun Indonesia di Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Parbaba, Samosir. Selama 32 hari, ia belajar terkait tekstil khususnya tenun, mulai dari pembuatan benang hingga menjadi sebuah kain tenun yang indah. Setelah Monika selesai mengikuti program PKW, ia pun memulai merintis usaha kain tenun yang diberi nama Bamboo Tenun.
Pada perjalanannya, Monika harus terlebih dahulu menghadapi komentar negatif dari orang lain perihal kain tenun buatannya. Mendengar komentar tersebut, Monika sempat down dan tidak menenun selama satu minggu. Akan tetapi, akhirnya ia bangkit dan menjawab komentar tersebut dengan terus menenun dan meningkatkan kualitas hasil tenunnya.
“Dulu sempat ada yang komentar, katanya kain tenunku seperti kain lap. Padahal mereka hanya melihat dari gambar saja. Suatu ketika ada yang pesan dan konsumen puas dengan kain tenun saya. Konsumen ini pun kembali memesan sebanyak 20 lembar,” ucap Monika.
Mulai sejak itulah, Monika kebanjiran orderan kain tenun. Dalam sebulan ia bersama empat karyawannya dapat membuat sekitar 40 lembar kain tenun. Kain-kain tersebut kemudian dipasarkan oleh toko yang telah bekerja sama dengannya. Selain dimasukkan ke toko oleh-oleh, Monika juga menjual kain tersebut melalui media sosial, dan toko online.
“Dalam 32 hari pembelajaran PKW di Dekranasda Parbaba, Samosir, saya telah mampu menenun sendiri, tidak perlu mengupah orang lain untuk mengajari saya. Dulu, saya selalu mengharapkan orang tua menghidupi kebutuhan saya setiap harinya. Sekarang, berkat menenun, saya sudah bisa menggantikannya.
“Saya menerima pesanan setiap hari, sampai saya harus mempekerjakan saudara-saudara saya sebagai karyawan,” ucapnya.
Tidak hanya itu, Monika mengungkapkan bahwa dirinya saat ini telah menyediakan tempat belajar tenun tanpa menerima upah dengan ikhlas. Monika berharap bahwa mereka yang tidak punya pekerjaan dapat merasakan bahwa menenun bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
“Walaupun kita tidak bersekolah dan tinggal di desa, kita harus semangat. Dari tenun kita juga bisa sukses,” jelas Monika.
Dengan semangat dan visi yang jelas, Monika terus berkontribusi pada upaya pelestarian dan pengembangan kain tenun Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa masa depan kerajinan nasional Indonesia sangatlah cerah di tangan para pengrajin muda yang berkomitmen. (Aya/Cecep)