Pemimpin Subur Sukseskan ‘Link and Match’
Jakarta, Ditjen Diksi – Dalam pidato pembukaan acara “SMK Ready Virtual Conference 2021” yang diadakan British Council bekerja sama dengan PT Bank HSBC Indonesia, Rencanamu, dan iTELL, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto kembali menyampaikan bahwa dalam dunia pendidikan, investasi terbesar adalah dimulai dengan memiliki pemimpin yang subur. Menurutnya, pemimpin yang subur mampu membawa keberhasilan pada program “link and match” SMK dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
“Ini yang kita harapkan dukungan dari British Council, dan program ini dibuat untuk menghasilkan pemimpin subur atau subur leader. Subur leader ini walaupun tidak ada dana, akan dapat menghasilkan ‘link and match’ atau sangat ‘match’ dengan yang dibutuhkan industri,” tuturnya dalam acara yang ditayangkan melalui kanal Youtube British Council Indonesia (26/3).
Program “link and match” mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak yang turut bersinergi agar dapat mencapai keberhasilan dari program tersebut termasuk British Council.
“I’m proud to this program. How to install teaching SMK at Indonesia to excellence to find job on the future as looking for,” ujar HMA Owen Jenkins, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste dalam sambutannya (26/03).
HMA Owen Jenkins juga menyampaikan rasa bangganya serta berterima kasih atas program unggul yang dapat menyiapkan lulusan SMK menjadi lulusan yang unggul dan terserap di dunia kerja ke depannya.
Karenanya, Wikan turut mengucapkan terima kasih kepada British Council yang turut memberikan dukungan penuh dalam program “link and match” antara SMK dan DUDI. Dengan adanya “link and match”, DUDI juga dapat berperan dalam pengembangan kurikulum pada SMK agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Di samping itu, pentingnya pengembangan kompetensi bagi lulusan SMK, membuat semuanya perlu untuk bersinergi. Kompetensi yang dimiliki lulusan SMK diharapkan tidak hanya sebatas pada hard skill, akan tetapi juga perlu mengasah potensi dan kompetensi soft skill. Hal itu perlu dilakukan agar “link and match” dapat berjalan dengan baik.
“I think this is the output that we would like produce of the graduate. Not only certificate, but the great competence. Competence not only hard competence, but also more soft competence. Ini adalah salah satu target utama kita,” tutur Wikan.
Selain pemimpin yang subur, tentunya tercapainya keberhasilan program mencetak lulusan SMK yang kompeten juga memerlukan koordinasi yang baik dari berbagai pihak. Ditambah lagi, kompetensi hard skill yang seiring dengan soft skill akan menjadi bekal bagi lulusan SMK agar dapat terserap di dunia industri, dunia usaha, maupun dunia kerja (IDUKA). Selain itu, pembelajaran pada SMK juga perlu dilakukan evaluasi dan pembaharuan. Sehingga, lulusan SMK tidak hanya mengantongi bekal sertifikasi, tetapi juga kompetensi yang nyata dan terlatih. (Diksi/Tan/AP/Teguh Susanto)