Pakar Asal Korea Bocorkan Strategi Pendidikan Vokasi Hadapi Revolusi Industri 4.0
Jakarta, Ditjen Vokasi - Korea Selatan, negara tersebut memiliki kisah masa lalu yang cukup kelam karena peperangan akan tetapi negara tersebut memiliki perkembangan industri yang sangat cepat. Salah satu caranya ialah dengan technical and vocational education training (TVET). Bahkan, negara tersebut berhasil menghadapi era industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 menjadi pembicaraan yang menarik, terlebih mengenai bagaimana penyediaan SDM. Pendidikan vokasi menjadi jalan pintas untuk menyediakan SDM di era industri tersebut. Untuk itulah diperlukan sebuah strategi pendidikan vokasi untuk menghadirkan lulusan yang berkualitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi bekerja sama dengan Korean Research Institute for Vocational Educational and Training (KRIVET) menyelenggarakan Seminar Strategi dan Kebijakan TVET di Korea Selatan. Salah satu pembicaranya adalah Young Saing Kim, selaku pakar dari KRIVET, memberikan arahan bagaimana strategi pendidikan vokasi di era revolusi industri 4.0.
Dalam paparannya, Young Saing Kim menjelaskan bahwa perkembangan industri Korea berjalan sangat cepat. Hal itu dimulai dari perang Korea di tahun 1950-an dan membuat masyarakatnya mengharuskan untuk mengetahui perkembangan teknologi. Maka dari itu, pemerintah Korea sering mengirimkan SDM pelatihan TVET bahkan sampai ke Jerman. Hingga saat ini, Korea menjadi salah satu negara yang bisa berkembang di era revolusi industri.
“Kami meningkatkan kualitas industri sekaligus meningkatkan kualitas SDM melalui TVET secara terus menerus. Pendidikan vokasi di Indonesia bisa mengikuti cara yang sama dan saya rasa kebijakan dan praktiknya sudah ada di Indonesia,” ungkap Young Saing Kim pada Senin (16-10-2023).
Sebagai delegasi KRIVET, Young Saing Kim ingin memperlihatkan bagaimana strategi pendidikan vokasi bisa melahirkan SDM berkualitas dan unggul di era revolusi industri 4.0.
“Contohnya ialah Korea. Di negara kami, industri menjadi rekan untuk pengembangan SDM, beberapa contohnya ialah industri besar seperti Samsung dan Hyundai. Kami pun memberikan pelatihan kewirausahaan agar lulusan TVET menjadi pengusaha seperti pemilik Samsung maupun Hyundai,” ujarnya.
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa Samsung sebagai industri besar di Korea terjun langsung terhadap penyediaan SDM di bidang TVET. Perusahan di bidang teknologi tersebut membina beberapa program TVET, membantu pengembangan kurikulum, sampai dengan penyerapan lulusan di sekolah TVET Korea.
"Kurikulum pendidikan di Korea 50% berasal dari industri dan 50% lainnya melalui kebijakan dari pemerintah dan sekolah,” jelas Young Saing Kim.
Menurutnya, itulah poin penting untuk menghadapi revolusi industri 4.0, lembaga TVET diperlukan berkolaborasi dengan industri. Selain itu, ia pun menjelaskan bahwa tantangan yang ada di era ini seperti globalisasi dan otomasi industri akan menciptakan pekerjaan baru sehingga SDM memerlukan keterampilan baru juga.
“Sebagai bentuk nyatanya adalah artificial intelligence (AI), untuk itu kita harus bisa berkolaborasi dengan AI. Saya menggunakan teknik coding untuk memudahkan kehidupan sehari-hari dan ini menjadi pembelajaran di sekolah di Korea. Bagaimana AI bisa membuat mesin-mesin dan membantu pengoptimalisasi industri,” ungkapnya.
Ia menegaskan era revolusi industri 4.0 harus mempersiapkan peserta didik agar memiliki keterampilan digital. Transformasi dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan vokasi haruslah terus berkembang. Dengan begitu, lulusan memiliki daya saing bisa hidup berdampingan dengan teknologi dan tidak menjadikan teknologi menjadi tantangan tetapi menjadi peluang.
Young Saing Kim menambahkan, “Ketika pendidikan vokasi bekerja di suatu negara secara efektif dan menghadirkan lulusan yang unggul, maka akan berdampak positif pada pemanfaatan teknologi baru.” (Zia/Cecep)