Mudahkan Perawatan Bayi Prematur, Dosen Polindra Kembangkan Inkubator Bayi Portabel dengan Sensor Berat

Mudahkan Perawatan Bayi Prematur, Dosen Polindra Kembangkan Inkubator Bayi Portabel dengan Sensor Berat

Indramayu, Ditjen Vokasi - Masih tingginya kasus bayi prematur di Indonesia mendorong tim dosen Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) mengembangkan inkubator bayi portable yang dilengkapi dengan sejumlah sensor, salah satunya adalah sensor berat badan. Selain memiliki sejumlah sensor keunggulan lain dari inkubator bayi portabel ini juga mudah dibawa ke mana-mana dan mudah digunakan.



Dosen Program Studi (Prodi) Teknik Pendingin dan Tata Udara, Polindra, Yudhy Kurniawan, mengatakan bahwa pengembangan inkubator bayi prematur  yang dikembangkan oleh tim Polindra ini sendiri merupakan pengembangan dari inovasi inkubator bayi prematur yang sebelumnya telah dilakukan oleh tim inkubator bayi dari Universitas Indonesia (UI). 


“Kami melakukan duplikasi sekaligus mencoba untuk mengembangan  inkubator bayi portabel dari UI dengan nemambahkan beberapa inovasi sensor, seperti inovasi sistem emergensi lampu, sensor kelembaban, dan juga sensor berat badan,” kata Yudhy Kurniawan.


Penambahan sensor berat badan ini, lanjut Yudhy, dikarenakan berat badan bayi menjadi salah satu faktor penting dalam penanganan bayi prematur. Oleh karena itu, setiap penambahan berat/penurunan berat badan menjadi salah satu hal penting untuk terus dipantau.


“Dengan keberadaaan sensor berat badan bayi prematur pada inkubator bayi portabel ini maka berat badan bayi prematur akan bisa terpantau dengan mudah,” kata Yudhy.


Selain dapat memantau perkembangan berat badan bayi, sensor yang diletakan dalam papan inkubator ini juga membuat bayi tidak perlu harus diangkat dari inkubator bayi saat akan ditimbang. Perawat atau orang tua dari bayi hanya cukup untuk melihatnya di layar display yang dipasang pada inkubator bayi. 


“Kami juga mencoba mengembangkan sistem monitoring berbasis IoT (Internet of Things), di mana sensor-sensor pengukuran terhubung melalui aplikasi yang bisa diakses melalui internet atau smartphone sehingga orang tua bayi bisa memantau perkembangan bayinya dimana saja mereka berada melalui aplikasi tersebut yang juga dilengkapi dengan kamera CCTV,” Yudhy menambahkan.


Sebelumnya, tim dosen Polindra melalui program Sosioteknopreneur Peduli kesehatan bayi yang diberi nama ‘I-Care’ (Peduli Inkubator Bayi), Polindra juga meminjamkan perangkat inkubator portable tersebut ke keluarga-keluarga yang membutuhkan inkubator untuk bayi prematur mereka.


Kegiatan ‘I-Care’ sendiri menjadi bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan oleh Polindra. Ide awal dari program I-Care sendiri bermula dari minimnya fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya inkubator bayi yang  belum merata hingga ke pelosok daerah.


Saat ini setidaknya ada dua unit inkubator bayi portabel yang telah dipinjamkan Polindra kepada masyarakat. Salah satunya adalah inkubator bayi portabel yang dipinjamkan untuk masyarakat Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. (Polindra/Nan/Cecep)