MINESAFE, Jaket Deteksi Gas Beracun Inovasi Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang
Semarang, Ditjen Vokasi - Paparan gas beracun kerap menjadi salah satu ancaman berbahaya yang menghantui para pekerja di bidang pertambangan. Oleh karena itulah, empat mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) mengembangkan alat pendeteksi paparan gas beracun berupa rompi atau jaket yang bisa menjadi bagian dari manajemen keamanan risiko bagi para pegawai atau pekerja di bidang pertambangan.
Rompi atau jaket pendeteksi paparan gas beracun karya mahasiswa Polines tersebut diberi nama “MINESAFE” (Mining Industry Safety Enhanced) - a vest with an integrated poisonous gas detection system (jaket yang terintegrasi dengan sistem pendeteksi gas beracun). Pengembangan jaket ini merupakan inovasi para mahasiswa Polines melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) di Polines.
Tim jaket MINESAFE ini terdiri atas Novan Darmawan (Teknik Elektronika), Muhammad Faishal Lunawan (Teknik Elektronika), Mohamad Ali Fais (Teknik Mesin), dan Tiara Rizki Rahmandhani (Teknik Informatika). Pengembangan inovasi ini berada di bawah bimbingan Ilham Sayekti selaku dosen pembimbing.
Ketua tim PKM KC Polines untuk jaket MINESAFE, Novan Darmawan, mengatakan bahwa ide awal inovasi ini memang dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan adanya perangkat yang dapat mendeteksi paparan gas beracun bagi para pekerja tambang saat mereka berada di lokasi kerja.
“Jadi, fokus utama alat ini memang untuk mendeteksi keberadaan gas beracun di lokasi tambang,” kata Novan.
MINESAFE merupakan sebuah jaket yang dirancang dengan sistem pendeteksi gas beracun, detak jantung pekerja tambang, dan keberadaan dari pekerja tambang yang menggunakan alat tersebut. Perangkat-perangkat tersebut dipasang pada rompi pekerja tambang yang berfungsi untuk memonitor tingkat paparan gas beracun, detak jantung, dan lokasi pekerja saat berada di area tambang.
“Alat tersebut terhubung dengan base station menggunakan teknologi LORA (long range) sehingga meskipun tidak terjangkau oleh internet, masih bisa tetap terhubung,” kata Novan menambahkan.
Data yang dikirim melalui base station tersebut kemudian dikirim ke server internet menggunakan teknologi IoT. Data yang telah dikirim ke server dapat disimpan dan ditampilkan menggunakan aplikasi smartphone.
“Dalam rompi pekerja tambang juga terdapat buzzer yang berfungsi memberikan peringatan secara langsung kepada pekerja jika sensor MQ-6 mendeteksi gas beracun seperti propana (C3H8) dan butana (C4H10),” terang Novan.
Keberadaan jaket pendeteksi paparan gas beracun ini, lanjut Novan, diharapkan dapat menghindarkan para pekerja tambang dari bahaya dari paparan gas beracun.
“Kami juga bisa memantau kondisi detak jantung pekerja dan melacak lokasi pekerja di area tambang ketika terkena paparan gas beracun untuk melakukan tindakan selanjutnya,” ujar Novan.
Sementara itu, Dosen pembimbing tim jaket MINESAFE, Ilham Sayekti mengatakan bahwa rompi karya mahasiswanya tersebut masih terus dalam pengujian, baik dari sensitivitas sensor pendeteksi gas beracun sampai dengan kemampuan jarak yang dapat mendeteksi adanya gas beracun.
“Insya Allah hilirisasi rompi ini bisa dilakukan karena komponen-komponen yang digunakan tersedia di pasaran. Desain casing juga saya sarankan ke mahasiswa agar dapat menyatu dengan rompinya sehingga jika dipakai tidak mengganggu kenyamanan,” kata Ilham.(Polines/Nan/Cecep)