Membangun Jiwa Kewirausahaan di SMKN 32 Jakarta
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri, tetapi juga disiapkan untuk menjadi wirausaha yang mandiri. Berbagai inovasi pun dilakukan oleh SMK untuk mendorong lulusannya menjadi wirausaha (entrepreneur).
Upaya menyiapkan lulusan menjadi wirausaha menjadi salah satu fokus yang dilakukan di SMKN 32 Jakarta, Jakarta Selatan. Langkah strategis yang dilakukan adalah dengan mengembangkan teaching factory (Tefa).
Saat ini, SMK yang mendapat program Tefa Pengimbasan tahun 2024 ini melayani 705 peserta didik yang terbagi ke dalam 20 rombongan belajar (rombel). Melalui Tefa Kuliner/Tata Boga inilah, SMKN 32 Jakarta mengimbaskan ke SMK lain, seperti SMKN 37 Jakarta, SMKN 24 Jakarta, dan SMK Patria Wisata.
Sebagai informasi, sekolah ini memiliki 3 konsentrasi keahlian, yaitu Kuliner, Tata Busana, dan Perhotelan. Tefa Tata Busana merupakan kerja sama dengan industri mitra, yakni Batik Trusmi. Tefa Tata Busana juga mengelola sanggar busana dengan produk-produk seperti baju, pouch, sarung bantal, dan sebagainya. Produk dari Tefa ini bahkan diberi kesempatan memiliki gerai produk peserta didik di kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
Sementara itu, Tefa Kuliner saat ini telah berhasil menjual berbagai produk roti dan pastri dengan produk unggulan adalah Tempkies (Tempe Cookies). Dibuat dengan bahan yang dibuat dari bahan dasar tempe dan tepung, produk ini bahkan sudah dijual di outlet Hotel Luminor.
Selain itu, Tefa Kuliner juga memiliki kafe yang dirancang sesuai standar operasional layaknya industri. Kafe ini juga terbuka untuk umum dengan jam operasional setiap hari sampai pukul 15.00 Wib. Kafe juga dapat disewakan juga untuk pernikahan saat akhir pekan. Pada konsentrasi perhotelan, sekolah ini juga telah memiliki usaha Edotel dan jasa laundry.
“Sebagai upaya menghadapi tantangan dunia kerja yang dinamis, kami sedang berupaya agar anak-anak ke depan diarahkan tidak hanya untuk bekerja, tetapi juga dilatih dan disiapkan untuk menjadi entrepreneur dengan program kewirausahaan di sekolah,” tutur Kepala SMKN 32 Jakarta, Tini Kartini, beberapa waktu lalu.
Selain melalui Tefa, SMKN 32 Jakarta juga mendorong kewirausahaan siswanya melalui kelas kewirausahaan. Kelas ini memanfaatkan kantin sekolah dan diikuti oleh siswa kelas 11 dari semua jurusan yang terbagi dalam beberapa kelompok dan bekerja secara bergantian.
“Jadi, sekolah memberi modal kepada tiap kelompok sebesar 500 ribu. Mereka bebas menjual makanan di kantin sekolah, bisa karya sendiri atau dari luar. Siswa yang bertugas mengelola kantin adalah siswa kelas XI dari semua program keahlian, yaitu Kuliner, Perhotelan, dan Busana,” tambah Tini.
Pemilihan kantin, menurut Tini, karena kantin merupakan salah satu sarana penunjang yang dapat berfungsi sebagai tempat pelayanan pemenuhan makanan sekaligus media pembelajaran praktik Produk Kreatif Kewirausahaan (PKK) di sekolah.
Dari hasil penjualan tersebut, keuntungan dibagi, yaitu 60 persen untuk siswa dalam kelompok, dan 40 persen untuk sekolah, yakni untuk membantu operasional kantin seperti untuk pembelian gas, galon air, kebersihan dan perawatan kantin dan lain-lain.
Selain itu, sekolah juga melatih siswa dalam pengaturan keuntungan, misalnya mereka menyisihkan dari keuntungan sebesar 500 ribu yang berupa untuk balik modal nya diberikan ke kelompok selanjutnya. Melalui kegiatan ini, sekolah terinspirasi bagaimana agar uang yang dihasilkan dapat diputar atau digunakan kembali untuk pembelajaran.
“Kewirausahaan ini dilaksanakan selama seminggu yang dibagi dalam 6 kelompok, tiap minggu berganti kelompoknya. Anak-anak juga diarahkan untuk menunya berbeda beda, yang terdiri atas makanan dan satu minuman,” ujar Tini.
Murgito Hadi selaku Koordinator Guru Produk Kreatif Kewirausahaan (PKK) menyampaikan, “Sebelum memulai usaha, pada hari Jumat kelompok kewirausahaan ini diberikan seperti pembekalan, seperti bimbingan, tentang perencanaan, dagang, permodalan, persiapan buka usaha, kebersihan kantin, ara pelayanan, serta menghitung keuntungan. Jadi, hari Senin hingga Jumat mereka sudah ready buka usaha kantin di sekolah,” kata Murgito.