Manfaatkan Ikan Tuna, SMKN 9 Makassar Kembangkan Berbagai Inovasi Produk Olahan

Manfaatkan Ikan Tuna, SMKN 9 Makassar Kembangkan Berbagai Inovasi Produk Olahan

Makassar, Ditjen Vokasi - Ikan tuna dikenal dengan dagingnya yang lezat dan kandungan nutrisi yang kaya. Ikan tuna telah menjadi komoditas penting dalam industri perikanan. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, ikan tuna juga diolah menjadi berbagai produk pangan yang sangat bermanfaat. Hal itulah yang dimanfaatkan oleh SMKN 9 Makassar, Sulawesi Selatan dalam menciptakan inovasi produk olahan berbahan dasar ikan tuna.


Kepala SMKN 9 Makassar, Muhiding, mendorong semangat siswa Jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan (APHP) untuk terus berinovasi. 


“Di wilayah kami, sangat familier dengan ikan tuna. Untuk itulah, produk-produk olahan yang kami kembangkan berbahan dasar ikan tuna,” ungkapnya.


Produk olahan pertama yang terbuat dari ikan tuna adalah otak-otak non karbo. Selain terbuat dari ikan tuna, produk pangan karya SMKN 9 Makassar ini tanpa menggunakan tepung sama sekali sehingga tidak mengandung karbohidrat. Dengan demikian, sangat cocok untuk dimakan untuk pejuang diet karbo.


Salah satu siswa Jurusan APHP yaitu Indriyani menjelaskan bahwa dari awal ia memilih SMK karena ingin belajar mengolah hasil perikanan dengan ilmu. Baginya yang paling menarik adalah membuat otak-otak non karbo tersebut. 


“Otak-otak non karbo dari ikan tuna ini menjadi salah satu praktik terfavorit saya karena saya jadi tahu ada suatu olahan pangan yang unik dan tidak menggunakan tepung sama sekali, tapi rasanya tetap enak di mulut,” ungkap Indriyani antusias menjelaskan. 




Nur Zakia Ramadani selaku guru Jurusan APHP mengungkapkan, “Inovasi otak-otak ikan tuna non karbo ini perlu diketahui oleh siswa karena selain bisa dikonsumsi pribadi ini juga memiliki nilai jual karena keunikannya.”


Menurut Zakia, orang-orang akan lebih mudah tergiur dengan produk yang memiliki keunggulan terkait kesehatan, khususnya terkait program diet.


Selain otak-otak non karbo, Zakia pun membina siswa untuk mengolah Cisu, yaitu cireng surimi. Cisu ini dibuat dari hasil pencucian surimi. Surimi adalah bahan dasar yang umum digunakan dalam produksi berbagai produk makanan laut olahan. Ikan tuna yang sudah dicuci dipisahkan dari airnya, yang mana air tersebut dibuat untuk sebagai bahan baku cisu. 


“Jadi, daging ikan tunanya dibuat surimi dan otak-otak, sementara air limbah cuci ikan tunanya digunakan untuk pembuatan Cisu,” ungkap Zakia menjelaskan. 


Lebih lanjut, Zakia mengungkapkan, agar Cisunya tetap sehat dan lezat, air yang digunakan adalah air pencucian yang ketiga kali. Dengan demikian bau amis dan kotoran tidak ikut menempel pada air tersebut. 


Tak hanya mengembangkan otak-otak non karbo dan Cisu, dalam pembelajaran di Jurusan APHP, siswa pun melakukan praktik pembuatan produk abon, burger, dan dimsum. Semua produk olahan tersebut pun terbuat dari ikan tuna. 




Kantin APHP Tumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa


Inovasi yang hadir dari Jurusan APHP SMKN 9 Makassar adalah kantin khusus yang dibuat oleh jurusan tersebut. Salah satu keunggulan SMK adalah dapat melatih kewirausahaan siswa melalui model pembelajaran project based learning (PBL). Kantin APHP ini menjadi bukti nyata dari PBL di SMKN 9 Makassar.


“Dalam setiap praktik, ada siswa yang produksi dan ada juga siswa yang memegang tanggung jawab kantin ini,” ungkap Muh. Hassan selaku guru Jurusan APHP.




Lebih lanjut, Hasan menjelaskan bahwa kantin APHP ini dikunjungi oleh warga sekolah. Produk-produk yang dijual adalah berbagai inovasi pengolahan ikan yang dipraktikkan siswa. Dalam satu kali produksi dimsum ikan tuna 1 kg dapat membuat 100 pcs dimsum dan dalam satu kali produksi daging burger ikan tuna bisa menghasilkan 80 pcs burger.


“Kalau untuk burger bisa dapat keuntungan Rp400—Rp600 ribu satu kali praktik,” ungkap Hasan.


Tak hanya transaksi secara langsung, kantin APHP ini melayani sistem open pre-order (open PO) via daring melalui WhatsApp. Siswa pun dapat menawarkan teman-temannya di luar lingkungan sekolah. Bahkan, SMKN 9 Makassar seringkali mengadakan jualan keliling untuk menawarkan produk inovasinya secara langsung ke desa-desa ataupun mengikuti pameran.


“Waktu itu pernah ikut pameran, 80 pcs dimsum habis terjual dalam satu hari,” tutur Hasan.(Zia/Cecep)