Mahasiswa Afirmasi PNJ Raih Sarjana Terapan
Depok, Ditjen Vokasi – Melitu Kum, mahasiswa Program Afirmasi Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) asal Mimika, Papua, berhasil menggondol predikat S.Tr.A.B. setelah lima tahun menempuh pendidikan di Jurusan Administrasi Niaga PNJ. Keberhasilannya tak lepas dari beasiswa afirmasi yang bertujuan untuk membimbing dan membentuk siswa berkualitas menjadi sumber daya manusia yang berguna bagi daerahnya.
Terlebih, pendidikan saat ini merupakan poin penting dalam membangun negara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Pemerintah Indonesia berkewajiban meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi serta menyiapkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik) adalah salah satu intervensi kebijakan pendidikan yang bersifat afirmasi dalam bentuk bantuan pemerintah. Bantuan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada mahasiswa karena kondisi dan keberadaannya sehingga mengalami kesulitan dan keterjangkauan akses pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.
Nining Latianingsih yang mewakili PNJ sekaligus dianggap sebagai “Mamanya” di Kampus PNJ, menyatakan bahwa untuk mahasiswa asal daerah khusus mengacu pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Khusus dalam Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Nasional. “Contohnya adalah Melitu Kum, anak petani yang berasal dari Kabupaten Mimika, Papua,” ujarnya.
Melitu Kum tak tahan menahan haru hingga mahasiswa anak petani satu ini sesekali menghapus linangan air mata yang membasahi pipinya saat acara ibadah syukuran bersama rekan-rekanya yang lulus, bertempat di kediaman Chusnul Savitri C. T. yang biasa dipanggil Ibu Vivi, tempat Meli tinggal selama kuliah, di Ciganjur, Jakarta Selatan.
Hadir dalam acara tersebut sedikitnya 50 undangan, antara lain Nining Latianingsih sebagai perwakilan dosen PNJ, Denny Pigay selaku pejabat pemerintah dari Timika, Melialis Alom sebagai Ketua IPMAP & IPMAMi Jakarta, keluarga Meli, serta teman-temannya yang bergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Puncak dan Mimika (IPMAP & IPMAMI).
Vivi yang dijuluki “Mama Jakarta” oleh para mahasiswa Papua adalah alumnus Hubungan Internasional, Universitas Pajajaran, yang lulus tahun 1991. Rumahnya yang berdiri di atas tanah seluas 3.000 m2 di daerah Ciganjur diikhlaskan untuk ditempati mahasiswa asal Papua, tanpa dipungut biaya sedikit pun.
Meli adalah mahasiswa pertama yang tinggal di sana, kemudian menyusul 11 mahasiswa Papua lainnya menempati rumah tersebut.
“Saya bangga, mereka sungguh hebat dan penuh semangat. Saya senang dan selalu mendengarkan curhatan mereka. Bahkan, saat Meli bercerita tentang pengalamannya selama belajar di Kampus PNJ, ternyata ada ibu dosen yang dianggap Meli sebagai ‘mamanya’ di kampus,” kata Vivi.
Menurut Vivi, kesempatan belajar memang harus diberikan tidak saja terhadap mereka yang tinggal di Pulau Jawa, melainkan juga mereka di daerah Papua, Papua Barat, dan daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). “Masyarakat sekarang sudah memahami betapa pentingnya dunia pendidikan untuk masa depan,” ujarnya.
Denny Pigay asal Kabupaten Nabire, wakil dari pemerintah daerah dan karyawan PT Freeport Indonesia Departemen Export Import yang saat ini tinggal di Jakarta sejak tahun 2013, mengungkapkan kebanggaannya atas keberhasilan Melitu Kum yang meraih gelar sarjana terapan administrasi bisnis di PNJ. “Jika sudah ada gelar di belakangnya maka sekarang manggilnya harus dengan sebutan ‘bapak’,” ujar Denny.
Denny mengibaratkan, memiliki 10 pemuda maka kita akan sanggup mengguncangkan dunia. “Karena dengan melalui pendidikanlah, kita mampu mengubah semua yang dipikirkan,” ujarnya. (Diksi/Mya/AP)