Libatkan Siswa, Omzet Kuker Lebaran SMKN 6 Yogyakarta Tembus 100 Juta

Libatkan Siswa, Omzet Kuker Lebaran SMKN 6 Yogyakarta Tembus 100 Juta

Yogyakarta, Ditjen Vokasi - SMKN 6 Yogyakarta menjadi salah satu SMK Pusat Keunggulan yang ketiban berkah di momen Idulfitri kali ini. Omzet pesanan kue kering di sekolah ini mencapai Rp100 juta selama musim Lebaran 2023. Uniknya, semua produksi kue kering (Kuker) tersebut dikerjakan oleh para siswa dan menjadi bagian dari pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL). 


"Kami melibatkan semua siswa jurusan kuliner mulai dari kelas 10 sampai kelas 12 untuk project kue kering lebaran ini," kata Ketua Program Keahlian Kuliner SMKN 6 Yogyakarta, Yuli Unggul Saptariwati. 


Menurut Yuli, sebagai salah satu sekolah yang memiliki program keahlian Kuliner, selama ini SMKN 6 Yogyakarta memang terbiasa untuk mengerjakan pesanan kue-kue kering saat Lebaran. Akan tetapi, produksi kue kering untuk lebaran tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan lebaran-lebaran sebelumnya. 


"Sebenarnya tidak hanya lebaran saja, tetapi sejak kami menjadi SMK Pusat Keunggulan karena peralatan dan fasilitas bertambah otomatis ada peningkatan produksi yang signifikan," kata Yuli. 


Saking banyaknya pesanan, menurut Yuli, pihak sekolah terpaksa harus menolak pesanan yang masuk di luar tanggal pemesan yang sudah ditetapkan. "Jadi kami batasi orderan. Kalau tidak kami bisa jadi tidak lebaran malah," kata Yuli.


Ada beragam jenis kue kering yang disediakan oleh para siswa, seperti nastar, kastengel, putri salju, semprit, sagu keju, dan sebagainya. Semua kue-kue tersebut dibuat dan dipasarkan oleh para siswa sendiri. 


"Jadi setiap kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok, misalnya kelompok satu mengerjakan nastar bentuk biasa, kelompok lainya mengerjakan nastar model lain, dan seterusnya," kata Yuli. 


Tidak hanya membuat kue kering, melalui project kue kering lebaran ini juga para siswa diajarkan untuk berjualan. Para siswalah ini yang memasarkan kue-kue kering tersebut. "Jadi siswa yang belajar mencari pemesan, kemudian membuatnya, dan mengantarkan kepada para pelanggannya langsung," kata Yuli.


Dengan demikian, menurut Yuli para siswa ini benar-benar mengerjakan kue-kue kering tersebut sebagai project pesanan langsung dari masyarakat sebagai pemesan produk mereka. Sementara guru sendiri lebih berperan sebagai pembimbing atau pendamping bagi para siswa selama menerima pesanan dan pembuatan kue-kue kering tersebut. 


Masih menurut Yuli, jika siswa kelas 10 dan 11 mengerjakan semua pesanan kue mereka di sekolah, maka tidak dengan siswa kelas 12 yang notabene memang sudah tidak terlalu aktif di sekolah karena pembelajaran mereka telah selesai. 


"Untuk siswa kelas 12 rata-rata sudah mandiri. Jadi ketika mereka menerima pesanan kemudian karena alat mereka terbatas, maka mereka kerja sama dengan sekolah misalnya meminjam oven sekolah," ujar Yuli. 


Hingga Idulfitri lalu kurang lebih para siswa sudah menjual puluhan bahkan ratusan kue kering dengan omzet kurang lebih mencapai Rp100 juta." Laporan sementara dari siswa kelas 10 saja sekitar Rp20 jutaan kemudian kelas 11 itu sekitar Rp60 an juta," kata Yuli.


Sementara itu, koordinator siswa untuk proyek kue kering Lebaran, Salsabila Nova Faramadina, mengaku mendapatkan pengalaman yang sangat berharga pada keterlibatanya di pembuatan kue kering untuk lebaran.


“Tugas saya untuk mengoordinasi teman-teman, termasuk membantu teman-teman, misalnya dalam membaca resep untuk kue-kue kering yang akan dibuat,” kata Salsabila yang saat ini duduk ke kelas XI, Jurusan Kuliner.


Selain sebagai koordinator, Salsabila juga sama seperti siswa lainnya, yakni ikut membantu menawarkan kue-kue kering kepada masyarakat.


“Proyek kue kering ini tidak hanya membuat kami lebih terampil dalam membuat kue kering untuk Lebaran tetapi juga membantu kami untuk memasarkan produk yang sudah kami buat,” ujar Salsabila yang mengaku harus terus menjaga semangat teman-temannya saat membuat pesanan dengan jumlah yang sangat banyak tersebut. (Nan/Cecep)