Korsel-Indonesia Siap Kembangkan SDM Vokasi Berbasis Industri 4.0
Jakarta, Ditjen Vokasi - Revolusi industri 4.0 merupakan sebuah tantangan yang tidak bisa dihindari. Perubahan teknologi yang begitu cepat, termasuk pergeseran lapangan pekerjaan yang sudah digantikan oleh teknologi menuntut pemerintah untuk bergerak cepat dan mengakselerasi pendidikan vokasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu berdaya saing secara global.
Dalam rangka meningkatkan kerja sama untuk mengembangkan SDM yang berbasis revolusi industri 4.0, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) bekerja sama dengan Korea Research Institute for Vocational Education and Training (KRIVET) menyelenggarakan webinar bertajuk “Seminar Smart Technology and Vocational Leading the 4th Industrial Revolution”, di Jakarta, Senin (16-10-2023).
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikburistek, Saryadi, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan seminar yang membahas mengenai strategi dan kebijakan TVET Korea Selatan ini sangat penting sebagai bagian dari kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan. Menurut Saryadi, selama ini kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia telah berjalan sejak tahun 2019 dalam bentuk peningkatan kapasitas pendidik di 4 (empat) sekolah menengah kejuruan di Indonesia, seperti di SMKN 1 Cibinong (Jawa Barat), SMKN 5 Jember (Jawa Timur), SMK Saraswati (Bali), dan SMKN 9 Bandung (Jawa Barat).
“Melalui kegiatan ini kami juga ingin memfasilitasi politeknik-politeknik di Indonesia untuk membuka peluang kerja sama dengan institusi pendidikan, politeknik yang ada di Korea,” kata Saryadi.
Menurut Saryadi, berbagai topik yang akan dibahas oleh para pembicara pada seminar kali ini juga akan memberikan masukan yang sangat berharga sekaligus menjadi panduan dalam pengembangan pendidikan vokasi di era transformasi industri 4.0 seperti saat ini. Utamanya adalah dalam transformasi pendidikan vokasi yang kini tengah dilakukan di Indonesia.
“Dalam masa transformasi revolusi industri, transformasi pendidikan vokasi harus agile dan responsif untuk memastikan pendidikan yang relevan dan mengatasi perubahan industri 4.0,” kata Saryadi menambahkan.
Pada kesempatan tersebut, Saryadi juga berharap melalui seminar ini tidak hanya akan menghadirkan ide-ide yang inovatif untuk pengembangan pendidikan vokasi di era transformasi industri saja, tetapi juga kesempatan kerja sama yang lebih luas antara satuan pendidikan vokasi di Indonesia dengan perguruan tinggi maupun sekolah vokasi di Korea Selatan.
Ekspertis KRIVET, Young Saing Kim, pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa siap tidak siap revolusi industri telah merubah segalanya. Saat ini, lanjut Kim, industri membutuhkan SDM dengan skills tinggi.
“Pendidikan vokasi harus bekerja keras karena revolusi industri membutuhkan skills yang tinggi,” kata Kim.
Oleh karena itu, metode pendidikan harus berubah agar bisa menyeimbangkan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Pendidikan nasional, menurut Kim, harus mengadopsi teknologi baru dan mengusung pembaruan.
“Pendidikan sepanjang hayat juga menjadi hal yang penting agar bisa terus memperbaharui skills dan memiliki kesempatan yang lebih besar,” ucap Kim.
Masih menurut Kim, melalui seminar ini pihaknya akan berbagai materi bagaimana sekolah-sekolah vokasi di Korea Selatan bisa menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menghadirkan pendidikan vokasi yang efektif. Menurutnya pendidikan Kejuruan merupakan faktor paling kritis.
“Ketika pendidikan kejuruan berfungsi dengan baik dan efektif, hal ini akan memberikan dampak yang sangat positif,” terangnya.
Pada kesempatan tersebut, Kim juga juga membuka kesempatan kepada sekolah maupun politeknik di Indonesia yang ingin bekerjasama dengan institusi pendidikan di Korea Selatan.
Kepala SMKN 1 Cibinong, Sugiyo, menyambut baik kerja sama dengan KRIVET. Sebagai langkah awal, pihaknya akan memulai dengan pertukaran pelajar serta pelatihan-pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi guru dan siswa. Salah satunya seperti pelatihan untuk desain grafis yang akan dilakukan segera pada Selasa (17-10-2023)
Tidak hanya SMK yang menyambut baik tawaran Kim, Achmad Arif dari Politeknik Negeri Madura pada kesempatan tersebut juga menawarkan peluang kerja sama riset yang sekiranya dapat dilakukan antara Poltera dan kampus di Korea Selatan. Poltera, menurut Achmad, memiliki area riset yang sangat luas mulai dari pengembangan mobil listrik, otomatisasi industri, dan sebagainya.
Sebagai informasi, seminar ini kali ini menghadirkan sejumlah pembicara. Selain Kim yang memaparkan tema tentang TVET strategy in the era of the 4th industrial revolution, seminar ini juga menghadirkan tiga pembicara lainnya, yakni Seong-Ik Cho (Occupational Changes in AI Hyper-Connected Society), Kim Min-Gyu (Korea-ASEAN+6 Joint Research Plan & Progress Report), dan Ho-Young Oh (Cases and Implications of Career Education in Korea). (Nan/Cecep)