Kerja Sama dengan Industri, SMK Katolik St. Mikael Surakarta Produksi Mesin CNC
Surakarta, Ditjen Vokasi – Tingginya kebutuhan mesin CNC menjadi peluang untuk SMK Katolik St. Mikael Surakarta, Jawa Tengah. Bekerja sama dengan sejumlah industri, SMK Katolik St. Mikael Surakarta memproduksi mesin CNC.
Seperti yang kita ketahui, kebutuhan mesin CNC untuk menunjang pembelajaran di SMK cukup tinggi. Tingginya harga mesin ini membuat banyak SMK belum sanggup untuk membelinya.
Kepala SMK Katolik St. Mikael Surakarta, Maryata, menuturkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, SMK Katolik St. Mikael Surakarta menerapkan pembelajaran teaching factory (Tefa).
“Kebetulan kami menjalin kerja sama dengan beberapa industri, salah satunya PT ATMI IGI. Dengan adanya kerja sama ini kegiatan Tefa di sekolah kita dapat berjalan lancar. Dari kegiatan Tefa ini kami menghasilkan berbagai produk seperti komponen mold, sparepart mesin, dan lain sebagainya. Nah, produk-produk ini kemudian dibantu dijualkan oleh PT Buana Prima Raya,” ucap Maryata.
Selain sparepart, salah satu produk unggulan yang dihasilkan oleh SMK Katolik St. Mikael Surakarta adalah mesin Bubut CNC Leanturn. Pembuatan mesin CNC sudah dilakukan sejak tahun 2005 kemudian pada tahun 2017 dilakukan pengembangan dari mesin CNC Edu menjadi mesin CNC Leanturn.
“CNC Bubut Leanturn buatan kami memiliki nilai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 40% dan akan terus ditingkatkan. Mesin ini berfungsi untuk menghasilkan benda dengan bentuk silinder seperti shaft dan baut. Nah, kelebihan dari mesin CNC ini dapat memberikan kemudahan dalam operasional mesin terutama untuk mendukung proses pembelajaran CNC di sekolah. Meskipun demikian, mesin CNC buatan kami juga tetap mampu menghasilkan produk yang presisi,” tutur Carlo Octavianus, siswa SMK Katolik St. Mikael Surakarta.
Sampai dengan saat ini, SMK Katolik St. Mikael Surakarta telah memproduksi lebih dari 20 unit. Produk ini dapat dibeli melalui aplikasi SIPLAH dengan kisaran harga 500 juta.
“Produk kami ini telah dibeli oleh SMK-SMK yang memiliki Jurusan Teknik Mesin,” ucap Maryata.
Pembuatan produk yang melibatkan siswa tentunya memberikan pengalaman sendiri bagi para siswa.
“Pekerjaan ini cukup menantang sehingga saya pun tidak jenuh. Dengan terlibatnya saya di sana memberikan kesan tersendiri untuk saya pribadi karena saya bisa belajar memasang dan membongkar mold karena dapat memancing daya kreativitas saya sehingga dapat Menyusun mold sesuai dengan baik sesuai urutannya,” tutur Octavianus.
Sementara itu, Direktur PT ATMI IGI Center, Wahyo Nursanto, menyampaikan bahwa kerja sama yang telah terjalin sejak 10 tahun yang lalu tentunya memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
“Saya melihat antusiasme yang cukup tinggi dari siswa SMK Mikael yang belajar di ATMI IGI. Mereka belajar terkait rencana produksi dan kualitas pengerjaan khususnya QC dan peningkatan kapasitas dengan penambahan mesin CNC High RPM (graphite milling). Tidak hanya itu kami dari pihak industri pun semakin terbuka jika menghadapi kasus-kasus tertentu sehingga ke depannya saya berharap kedua belah pihak akan semakin terintegrasi,” ucap Wahyu. (Aya/Cecep)