Jangan Asal, Inilah Pentingnya Riset dalam Membuat Film Dokumenter Menurut Guru SMK
Cimahi, Ditjen Vokasi - Program keahlian yang cukup populer di sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah Produksi Siaran Program Pertelevisian (PSPT). SMKN 1 Cimahi, Jawa Barat turut mempersiapkan murid yang bergerak di bidang broadcasting melalui program keahlian tersebut. Salah satu materi yang diajarkan dalam pembuatan projek di SMK tersebut yaitu film dokumenter.
Linda Lindiawati, guru SMKN 1 Cimahi program keahlian PSPT, menyatakan bahwa dalam membuat film dokumenter diperlukan keterampilan literasi yang baik. Kemampuan tersebut dapat membantu murid dalam meriset topik yang akan diangkat di film dokumenter tersebut.
“Di samping skill produksi film akan bertambah, produksi film dokumenter juga meningkatkan kemampuan literasi siswa SMK Broadcasting,” ungkap Linda.
Belasan tahun mengajar di bidang multimedia, Linda juga merupakan alumnus program Upskilling dan Reskilling Guru Vokasi di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Seni dan Budaya (BBPPMPV Senbud). Ia mengikuti kelas Produksi dan Siaran Program Televisi tahun 2023.
Menurut Linda, produksi film dokumenter di SMK dimulai dari riset suatu topik. Setelah itu adalah menyusun produksi, shooting, editing, hingga akhirnya evaluasi bersama di kelas.
Linda menjelaskan, “Riset adalah fondasi utama. Tanpa riset yang memadai, film dokumenter bisa kehilangan akurasinya dan gagal menyampaikan pesan yang sebenarnya kepada penonton.”
Sebagai contoh, jika ingin membuat film dokumenter tentang lingkungan, maka buatlah pertanyaan-pertanyaan mendasar sampai pertanyaan yang mendalam tentang hal tersebut. Riset membantu para siswa mengumpulkan data dan fakta yang akurat. Informasi yang didapatkan dari berbagai sumber yang tepercaya akan memperkuat narasi dokumenter dan mencegah kesalahan informasi.
“Projek pembuatan film dokumenter mengharuskan siswa mencari topik untuk naskah di berbagai karya ilmiah, artikel, ataupun jurnal terpercaya. Maka dari itu, ini dapat mendorong semangat literasi mereka,” jelas Linda.
Tah hanya itu, riset juga membantu dalam menemukan narasumber yang tepat dan kompeten. Sebagaimana kita tahu, film dokumenter tak akan sempurna tanpa adanya narasumber yang berperan memperlihatkan cerita. Narasumber yang memiliki kredibilitas dan keahlian di bidangnya akan memberikan wawasan yang lebih dalam.
“Proyek pembuatan film dokumenter memang panjang, tetapi niatnya bukan untuk membebankan murid. Saya yakin, ini adalah pengalaman yang membantu mereka untuk magang atau bekerja di industri menjadi broadcaster,” tutup Linda. (Zia/Cecep)