Inovasi Polinela: Smart Urban Farming untuk Waktu Panen Lebih Cepat

Inovasi Polinela: Smart Urban Farming untuk Waktu Panen Lebih Cepat



Lampung, Ditjen Vokasi - Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung (Polinela) berhasil menciptakan Smart Urban Farming Sistem Hidroponik berbasis IoT yang mampu mempercepat waktu panen tanaman sayuran dan meningkatkan bobot tanaman.

 

Alat yang dikembangkan oleh Mohamad Haris Imron, mahasiswa program pascasarjana terapan ini berhasil mempercepat produksi panen dari jenis sayuran, seperti selada, kailan, kale, dan sayuran hijau lainnya. Salah satu contohnya adalah aplikasi Smart Urban Farming Sistem Hidroponik berbasis IoT pada tanaman selada. Penggunaan alat ini mampu mempercepat masa panen tanaman selada, dari 45 hari menjadi 30 hari. 

 

Jadi, ada waktu 15 hari lebih awal untuk waktu panen, kata Haris. 

 

Menurut Haris, selain bisa mempercepat waktu panen, bobot sayuran juga meningkat dengan penggunaan alat tersebut. Bobot sayuran bisa mencapai 220 gram dibandingkan dengan sistem green house yang selama ini banyak digunakan oleh para petani sayuran.

 

Dengan sistem ini pertumbuhan tanaman kita percepat dengan menggunakan cahaya dari lampu LED. Dari situ nantinya pertumbuhan tanaman akan tumbuh secara maksimal, kita atur dengan sistem hidroponik,” ujar Haris. 

 

Pengembangan Smart Urban Farming Sistem Hidroponik berbasis IoT ini sendiri dilakukan oleh Haris sebagai bagian dari penelitian tesis dengan judul ‘Respon Morfofisiologi dan Metabolit Sekuder Tanaman Selada pada Budidaya Sistem Hidroponik Indoor berbasis Internet of Things’. Tesis ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan waktu panen agar produktivitas petani sayur bisa meningkat, tetapi juga berhasil mengantarkan Haris meraih gelar Magister Terapan Ketahanan Pangan. 

 

Saat ini Smart Urban Farming dengan sistem hidroponik ini memiliki banyak keunggulan. Sistem Urban Farming dapat menjadi solusi produksi sayuran untuk masyarakat perkotaan karena bisa dimanfaatkan di lahan pekarangan rumah. Penggunaan penanaman dengan sistem Smart Urban Farming ini bebas dari pestisida kimia.

 

“Karena dengan sistem ini bisa meminimalisasi hama dan penyakit pada tumbuhan. Lingkungan yang dijaga lebih steril daripada sistem green house maupun konvensional,” tambahnya.

 

Dalam pembuatan tesisnya ini, Haris dibimbing oleh 2 dosen pembimbing, yakni Dr. T. Imam Sofi’i, S.T.P., M.Si. sebagai pembimbing 1 dan Dr. Ir. Septafiansyah Dwi Putra, S.T, M.Tsebagai pembimbing 2.

 

Sebagai pembimbing, Septafiansyah mengatakan bahwa konsep penelitian ini merupakan pendekatan dari ilmu digital dengan pertanian untuk mengoptimalkan pertumbuhan dari tanaman.

 

“Saat ini ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu itu akan saling bertautan. Dengan Sistem Urban Farming tanaman dapat lebih terpantau dan termonitor,” kata Septafiansyah. (Polinela/Rifqi/Adi Sutrisno)