Ingin Sukses Bisnis Kuliner? Bedah Marketing, Inilah Hal yang Harus Diperhatikan

Ingin Sukses Bisnis Kuliner? Bedah Marketing, Inilah Hal yang Harus Diperhatikan

Jakarta, Ditjen Vokasi - Pendidikan vokasi tidak hanya mempersiapkan lulusan dapat bersaing di dunia kerja, tetapi juga mampu menjadi wirausaha. Dengan pembelajaran berbasis praktik dan terdapat program khusus kewirausahaan di satuan pendidikan vokasi, murid dapat mempersiapkan diri menjadi wirausaha yang memiliki kompetensi. 


Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pun terus mengupayakan untuk mendorong lahirnya wirausaha muda di sekolah menengah kejuruan (SMK). Salah satu upaya untuk merealisasikan tersebut adalah melalui workshop perilaku konsumen yang diselenggarakan dalam rangka menyambut Vokasifest 2024. 


Kegiatan workshop tersebut diselenggarakan di Jakarta pada 16 Juli 2024 yang mengundang murid dan guru SMK di wilayah Jabodetabek. Bekerja sama dengan Indonesia Design Development Center (IDDC), para peserta menerima materi sekaligus diskusi mengenai peningkatan branding produk di satuan pendidikan vokasi bidang fesyen, kuliner, dan animasi.


Salah satu pemateri dari workshop tersebut, yaitu Darfi Rizkavirwan  selaku Dosen Universita Multimedia Nusantara menjelaskan bahwa branding untuk bisnis kuliner di SMK menjadi hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan bisnis kuliner sudah sangat banyak dan produk SMK perlu lebih bersaing dengan strategi yang tepat.


“SMK Program Keahlian Kuliner tentu menghasilkan produk-produk yang beragam, tetapi  perlu diingat produk tersebut tidak boleh asal dalam membuatnya,” ujar Darfi dalam sesi paparannya.


Menurut Darfi ada beberapa hal untuk membuat produk kuliner pemasarannya dapat tepat. Salah satunya adalah kebiasaan konsumen (customer behaviour). Darfi mengungkapkan kebiasaan konsumen sangat penting untuk mengetahui seperti apa perilaku konsumen. 


Darfi menerangkan, “Konsumen biasanya memilih suatu produk kuliner dengan melihat rasa, gaya hidup, dan juga kebutuhan mereka. Maka dari itu, produk-produk SMK harus melihat poin-poin tersebut.”


Tak hanya melihat kebiasaan konsumen, seorang wirausaha juga perlu peka terhadap Customer Journey Mapping (CJM) dan Customer Experience (CE). Berdasarkan penjelasan Darfi, CJM merupakan analisis dalam memetakan perjalanan pelanggan sementara CE adalah bagaimana pelanggan merasakan nilai dan kualitas layanan terhadap produk yang ditawarkan.


Menurut Darfi, jika ketiga analisis tersebut sudah dilakukan maka produk-produk SMK pun akan kaya dengan inovasi. Inovasi menjadi kunci penting yang dapat menghasilkan keunikan produk dan memudahkan konsumen/pelanggan mengenali produk.


Darfi mencontohkan, “Misal SMK yang memproduksi dimsum, maka dapat melihat kebiasaan konsumen yang suka pedas. Maka, selanjutnya dapat membuat inovasi dimsum isi ayam pedas dengan judul yang menarik, seperti ‘Dimsum Gledek’ atau ‘Spicy Dimsum’.”


Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, produk-produk insan vokasi dapat bisa bersaing di industri kuliner yang perkembangannya sangat cepat. (Zia/Cecep)