Indonesia-Korsel Siap Kembangkan SDM Vokasi Berbasis Industri 4.0
Jakarta, Ditjen Diksi – Guna mengembangkan sumber daya manusia (SDM), terutama lulusan SMK berbasis revolusi industri 4.0, Direktorat SMK bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Korea Selatan (Korsel) menyelenggarakan webinar bertajuk “Vocational Education in the Era of 4th Industrial Revolution 4.0 Korea and Indonesia” (23/8).
“Webinar ini bertujuan memperkuat pengembangan SMK berbasis revolusi industri 4.0. Kita juga ingin mengembangkan kerja sama dengan Korea untuk program SMK terkait dengan revolusi industri 4.0,” ungkap Plt. Direktur SMK Wartanto.
Wartanto berharap, webinar ini menjadi langkah awal untuk mengembangkan SMK berbasis revolusi industri 4.0 dengan menjalin berbagai sinergi stakeholder untuk menghasilkan SDM yang unggul dan kompeten. “Kami juga mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara seminar internasional. Semoga dengan webinar ini dapat diperoleh berbagai macam informasi untuk pengembangan pendidikan vokasi,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto turut menjelaskan bahwa adanya revolusi industri 4.0 merupakan sebuah tantangan yang tidak lagi asing didengar. Pasalnya, perubahan terjadi begitu cepat, termasuk adanya beberapa pergeseran lapangan pekerjaan yang sudah digantikan oleh mesin. Sehingga, pemerintah perlu bergerak cepat dan mengakselerasi berbagai program untuk meningkatkan kualitas SDM yang mampu berdaya saing secara global.
“Meskipun secara jumlah lulusan SMK lebih besar dari lulusan SMA, ada beberapa aspek yang cukup relavan bahwa kita harus menciptakan lulusan SMK yang lebih fleksibel, adaptif, serta agile menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi,” jelas Wikan.
Wikan menambahkan, soft skills dan karakter menjadi faktor yang penting dalam mengembangkan SDM berbasis industri 4.0. Karenanya, SDM unggul perlu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan kurikulum SMK yang inovatif dan adaptif agar mampu menghadapi perubahan yang terjadi. “Mindset dan karakter sangat substansi dalam menyusun kurikulum yang adaptif,” tambahnya.
Adapun strategi pemerintah dalam menghadapi 4.0 ini, terang Wikan, di antaranya adalah melakukan revitalisasi SMK, mengimplementasi “link and match” dengan tepat, serta menjalin sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam mengembangkan SDM berbasis industri 4.0.
“Kami ucapkan terima kasih dengan terselenggaranya webinar ini. Ayo, kita bersinergi! Semoga seminar ini menjadi langkah awal dan langkah besar bagi Indonesia-Korea Selatan untuk mengembangkan pendidikan vokasi 4.0,” lanjut Wikan.
Di samping itu, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi turut menyampaikan kesulitan paling luar biasa yang dihadapi dalam pengembangan pendidikan vokasi adalah belum cukup kuatnya dunia industri untuk bisa menentukan standar kemampuan dari pekerjanya. “Misalnya, di Jerman itu industri sudah lebih maju karena mereka mampu memetakan standar kemampuan dari pekerjanya dan melakukan sertifikasi terhadap kompetensi yang dimiliki masing-masing pekerjanya,” terangnya.
Menurut Umar, dengan adanya hal tersebut dapat lebih efektif untuk bisa menempatkan SDM sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Sehingga, itu menjadi kekuatan dalam mengembangkan SDM unggul berbasis industri 4.0. “Elemen soft skills menjadi wajib didorong untuk anak didik menjadi lincah belajar banyak hal yang baru. Kemudian ‘link and match’ di Korsel sudah sangat kuat, ada beberapa hal yang dapat dicontoh di Indonesia,” tambahnya.
Umar menambahkan, lima tahun ke depan akan ada peningkatan industri Korea di Indonesia sehingga membutuhkan tenaga terampil. Alhasil, dengan kerja sama pendidikan vokasi ini merupakan langkah yang luar biasa untuk Indonesia bersiap menyongsong era revolusi industri 4.0.
Pada webinar tersebut juga diadakan diskusi yang terbagi atas dua sesi yang dipandu oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Seoul Gogot Suharwoto. Sesi pertama bertema “Cooperation and Reform of Vocational Education in the 4th Industrialization in Korea” disajikan oleh Kim Young Saing dari KRIVET (Korean Research Institute for Vocational and Educational Training) serta “Vocational Education in the 4th Industrial Revolution” oleh Rektor President University Prof. Jony Octavian Haryanto dan Prof. Kim Ki-Chan (Pendiri & Presiden KIMA – Korea Indonesia Management Association).
Sedangkan sesi kedua menyajikan tema “Best Practice 4th Industrial Revolution in Dong Ah MHS, South Korea” oleh Wi Jin Hwa dari Dong Ah MHS (Meister High School), “Best Practice 4th Industrial Revolution in SMKN 1 Cibinong, Jawa Barat, Indonesia, oleh Kepala SMK 1 Cibinong Cucu Salman, dan “Cooperation and Reform of Vocational Education in the 4th Industrialization in Indonesia” oleh Cho Yong dari TVET expert from Korea dan Gatot Hari Priowirjanto dari SEAMEO. (Diksi/Tan/AP)