‘Entrepreneurial University’ Siap Cetak Wirausaha
Jakarta, Ditjen Diksi – Guna menghasilkan lulusan yang siap berwirausaha dan memiliki daya saing hingga kancah global, diperlukan market analysis terlebih dahulu. Sehingga, pemberian pembelajaran mahasiswa vokasi tidak berhenti pada bagaimana membuat sebuah prototipe agar dapat dihilirkan. Demikian dituturkan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto pada seminar webinar “Menuju Entrepreneurial University, Mencetak Lulusan Siap Berwirausaha” beberapa waktu lalu.
Seminar yang diselenggarakan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) tersebut bertujuan untuk membuka ruang berbagi dalam membuat sebuah strategi agar dapat menghasilkan lulusan pendidikan vokasi yang siap berwirausaha.
“Kalau kita tiba-tiba mengajar anak berwirausaha itu riset pasar sebentar. Riset pasar seharusnya ide bisnis, ide produk, tapi yang dilakukan adalah market analysis. Siapa yang mau beli, berapa yang mau beli, berapa harganya, mau berapa lama di market, dan beberapa sisi lain, baru masuk produksi,” jelas Dirjen Wikan.
Menurut Wikan, algoritma yang perlu diperbaiki untuk mengajarkan wirausaha yang paling tepat adalah melalui best practice yang juga disampaikan oleh role model. Sehingga, mahasiswa tidak hanya belajar bagaimana menjadi sukses, tapi bagaimana dapat kembali bangkit ketika mengalami kegagalan.
Karenanya, Founder Aren Energy Investment Toronata Tambun mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran, kurikulum harus disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri, salah satunya dengan melakukan primary market research.
“Kebanyakan kurikulum itu fokusnya untuk stage 3 dan 5 yang mengajarkan anak-anak untuk mendengarkan orang lebih penting itu tidak ada. Primary market research bisa tanya kepada market-nya. Sehingga, harus dihindari mengajar dengan mengundang success story, tapi juga harus dihadirkan failed story. Kemudian, kurikulumnya diganti bukan hanya teori, tapi juga praktik,” jelas Toronata.
Di samping itu, Koordinator Pengembangan Produk dan Jasa Badan Pengelola Usaha Polman Bandung Otto Purnawarman turut menjelaskan upaya yang dilakukan oleh Polman secara konsisten untuk melahirkan lulusan yang siap berwirausaha adalah dengan membangun integrasi dengan berbagai pihak.
“Kami mencoba untuk menanamkan entrepreneur behaviour agar output-nya bisa kita tampilkan ekosistem entrepreneur. Akhirnya, sampai sekarang membuat model integrasi. Jadi, di tengah ini intinya di mana ada satu lembaga menjembatani antara hasil atau riset yang ada di pusat penelitian dengan pasar. Ada sales marketing-nya, project management, product development, dan sebagainya,” terang Otto.
Adapun sebagai sosok alumni pendidikan vokasi yang berhasil menjadi wirausaha, Rida Sakra Muhamad, mengungkapkan mengenai pentingnya self confidence yang harus dimiliki untuk menjadi wirausaha yang berhasil. “Nah, kalau 15 tahun saya perlu waktu untuk membangun leadership, ‘self confidence’. Itu kurikulum kewirausahaan tidak hanya practice based, tapi juga di-sharing session dan sesering mungkin dapat dilakukan,” ujar owner PT Restekindo Cipta Global ini.
Rida menambahkan, dengan hard skills yang dimiliki seperti ketika muncul ide untuk memproduksi suatu barang, seseorang dapat mengasah kemampuan berpikirnya untuk mengkreasikan bentuk apa yang ingin diproduksi. Tetapi, upaya tersebut juga harus dibarengi dengan adanya kemampuan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan berbagai pihak. (Diksi/Tan/AP)