Duo Dara Menembus Batas di Tengah Keterbatasan

Duo Dara Menembus Batas di Tengah Keterbatasan

Putri dan Danisa adalah dua sosok perempuan tangguh yang memiliki keterbatasan. Namun, hal tersebut tidak menghalangi semangat mereka dalam menggapai cita-cita.

 

Sleman, Ditjen Vokasi – Bagi Rindiani Putri Lestari dan Sandra Danisa, keterbatasan bukanlah halangan keduanya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Rindiani Putri Lestari, misalnya, perempuan yang akrab disapa Putri ini, memiliki keterbatasan indra pendengaran, tidak dapat mendengar sama sekali. 

 

Menetap di atas bukit di kawasan Kaligatuk, Piyungan, Bantul, Yogyakarta tak menghalangi sang dara untuk terus belajar dan melakukan pekerjaan dalam aktivitas sehari-hari. Usai menempuh sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), perempuan anak seorang petani itu pun melangkah jauh dari rumahnya menuju Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Trisakti yang terletak di Sleman.

 

Keinginan kuat belajar menjahit, membuat Putri memberanikan diri mendaftar program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang digelar LKP Trisakti. “Saya belajar membuat pola (jahit) di LKP,” ujarnya.

 

Bagi Putri, pendidikan di LKP yang ditempuhnya selama dua bulan memberikan manfaat besar bagi dirinya. “Selain menambah pengalaman, saya juga mendapatkan pengetahuan tentang menjahit,” ujar anak bungsu dua bersaudara ini.

 

Nah, menyikapi keterbatasan dirinya saat mengikuti program tersebut, Putri pun mempunyai kiat-kiat tersendiri. Putri menjelaskan bahwa keterbatasan pendengarannya diatasi dengan melihat gerak bibir guru serta memiliki teman pendamping. “Saya juga duduk di kursi terdepan agar lebih jelas dalam menerima materi pendidikan,” terangnya.

 

Di samping itu, Putri pun bersyukur memiliki orang tua yang keduanya bekerja di sawah. Mereka mendukung penuh Putri untuk belajar hingga bekerja sendiri. “Dengan program PKW, saya banyak mendapat pengalaman. Menjahit merupakan cita-cita sejak dari kecil. Semoga bisa hidup mandiri dan membahagiakan orang tua,” ujar perempuan kelahiran 2003 silam ini.

 

Hasilnya, usai menempuh program PKW, Putri kini menerima orderan menjahit di rumahnya. “Semoga di program PKW lebih banyak lagi peserta yang mengikuti. Bagi teman-teman yang mengikuti program PKW tetap semangat, bagi yang belum, jangan ragu-ragu untuk ikut PKW. Terbukti, program ini dapat memberikan keterampilan dan income bagi kita,” tuturnya.

 

Jadi Modiste Besar

 

Senada dengan Putri, Sandra Danisa juga memiliki minat yang besar guna menekuni pekerjaan menjahit. Sosok yang akrab disapa Danisa ini memliki keterbatasan pendengaran akibat kecelakaan yang dialaminya sejak di dalam kandungan.

 

Danisa yang juga tamatan SMALB mengaku mengetahui adanya program PKW dari sekolahnya. “Saya ikut program PKW supaya dapat membuat pola dan baju sendiri,” ungkap dara kelahiran 2001 lalu ini.

 

Tak salah, penghobi menjahit ini pun begitu senang kala mendapatkan kesempatan mengikuti kursus yang digelar LKP Trisakti selama satu setengah bulan tersebut.

 

Danisa berkisah, melalui program PKW, dirinya mendapatkan pendidikan bagaimana cara membuat pola baju blouse, gamis, seragam maupun celana. “Saya diajarkan tentang cara mengukur, membuat pola, dan menjahit baju. Hingga akhirnya, saya bisa membuat baju-baju sendiri dan lancar menjahit,” terang bungsu tiga bersaudara ini.

 

Meski menghadapi kendala dengan keterbatasan yang ada, tetapi Danisa mengaku senang karena guru dan teman-teman lainnya kerap membantu dirinya. “Mereka memahami keterbatasan saya,” tuturnya.

 

Ditambah lagi, dengan dukungan penuh keluarga, Danisa merasa sangat bersyukur kini dirinya memiliki keahian dalam menjahit baju. “Saya pun bisa menjahit saya sendiri, bisa membuatkan baju keluarga, serta bisa membuat baju pesanan. Keterampilan ini sesuai dengan yang saya pelajari, yakni memahami pola,” ungkapnya.

 

Selain menjahit, usai mengikuti program PKW, kini Danisa pun sambil belajar berjualan online. “Saya belajar online memasarkan tas, dompet, tas laptop, serta membuat baju gamis, daster, hem, dan celana,” jelasnya. 

 

Selain itu, Danisa pun berharap program PKW nantinya juga dapat memberikan pembinaan lebih lanjut untuk menjadi wirausaha. “Di PKW saya diajarkan keterampilan menjahit, diajari tentang kewirausahaan, dan diberi modal mesin jahit agar bisa mendirikan usaha, meski kelompok,” terangnya.

 

Ke depan, Danisa pun bakal terus bergerak dalam menggapai cita-citanya. “Saya ingin menjadi wirausaha menjahit dan menjadi modiste besar, meski butuh modal,” pungkasnya. 

 

Semangat Jumbo

 

Menurut pendidik LKP Trisakti, Wahyu, Putri dan Danisa memiliki semangat belajar dan berusaha yang tinggi. “Keduanya memiliki dedikasi dan kreativitas yang tinggi,” ungkapnya.

 

Meski keduanya berasal dari sekolah luar biasa, mereka tetap diberikan kesempatan belajar layaknya peserta didik dari sekolah pada umumnya. “Mereka kami beri kesempatan serta suasana lingkungan dan teman-teman yang baik,” ujar Wahyu.

 

Oleh karena itulah, keduanya menempati posisi duduk terdepan selama masa kursus. Alhasil, mereka dapat lebih jelas melihat wajah maupun mimik para pengajar, di samping terdapat rekan-rekan lainnya yang saling membantu. “Mereka berdua proaktif mengikuti pembelajaran teori maupun praktik,” tutur Wahyu. 

 

Wahyu pun berharap, keduanya dapat terus meningkatkan karya dengan keterampilan yang telah dimiliki, hingga akhirnya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. “Buat Putri, semoga lingkungan rumah dan jalan juga lebih baik, sedangkan untuk Danisa, semoga mendapatkan kornea. Keduanya juga telah mengajarkan pada kita semua untuk bersyukur atas karunia-Nya serta nemberikan energi semangat kepada generasi yang akan datang,” pungkasnya. (Diksi/AP)