Dukung Vokasi, ‘Rumah Belajar’ Resmikan Fitur ‘Augmented Reality’
Jakarta, Ditjen Diksi – Pandemik Covid 19 mengubah banyak tatanan, termasuk pembelajaran yang mulai bertransformasi menjadi digital. Kemdikbud-Ristek sendiri telah memfasilitasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan berbagai upaya, salah satunya dengan mengoptimalkan layanan melalui platform Rumah Belajar. Tepat pada satu dekade lahirnya Rumah Belajar, M. Hasan Chabibie selaku Plt. Kepala Pusat Data dan Informasi Kemdikbud-Ristek meresmikan fitur “Augmented Reality” pada Kamis (15/7).
“Pada tahun 2021 ini kita menghadirkan pembelajaran yang berbasis ‘Augmented Reality’, yakni audio pembelajaran yang bisa seakan-akan praktik sendiri. Ini topiknya akan lebih banyak, khususnya untuk teman-teman vokasi untuk menghadirkan konten-konten berbasis ‘Augmented Reality’,” ungkap Hasan.
Hasan menambahkan, di era digitalisasi saat ini tentu teknologi bergerak maju dan kebijakan bergerak adaptif. Karenanya, Rumah Belajar pada posisi e-learning ini berusaha untuk terus berinovasi dan menyediakan fasilitas pembelajaran yang menarik. Keberhasilan Rumah Belajar juga dibuktikan dengan semakin bertambahnya member hingga mencapai 10 juta member baru di tahun 2020 hingga 2021 awal. Sehingga, saat ini total member yang menggunakan platform Rumah Belajar sekitar 20 juta.
Kiprah Rumah Belajar juga telah mengalami banyak perkembangan, dari sebuah sumber pembelajaran, kemudian menjadi sebuah platform belajar yang bisa diakses dengan one stop service.
Hal tersebut tentu disambut baik oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto. Menurutnya, dengan mengembangkan “Augmented Reality” menjadi salah satu fitur dalam platform Rumah Belajar merupakan salah satu upaya yang luar biasa dan fondasi yang sangat relate di masa pandemik ini.
“Di dunia yang tanpa batas ini, ‘Augmented Reality’ dan fitur reality ini sudah dikembangkan. Di masa pandemik, Rumah Belajar yang sekarang mengembangkan ‘augmented reality’ ini merupakan fondasi yang perlu kita apresiasi, baik mindset user dan mindset developtment dari pengembangnya. Sehingga, muncul mindset kreativitas, muncul perkembangan-perkembangan baru ke depannya,” ujar Wikan.
Melalui “Augmented Reality” yang dikembangkan oleh Rumah Belajar, proses pembelajaran akan lebih efisien dalam era pandemik dan komprehensif. Wikan pun memberikan contoh pengaplikasian dari “augmented reality” pada mata pelajaran praktik pengelasan, “Dengan ‘Augmented Reality’. kita bisa belajar untuk melakukan pembelajaran pengelasan yang sesuai dan hampir mirip sekali, termasuk getaran-getaran impulse balik dan sebagainya. Kemudian, selesai pengelasan ada evaluasi dan umpan balik kualitasnya sudah benar atau tidak. Hal itu tentu juga membuat biaya yang keluar lebih efisien,” tuturnya.
Adapun yang menjadi tantangan adalah kreativitas dalam mengembangkan konten-konten edukasi yang dapat diterapkan melalui “Augmented Reality”. Wikan berharap, ke depannya berbagai pihak dapat berkolaborasi dalam mengembangkan konten-konten pembelajaran berbasis “augmented reality”, baik dalam programming, storyline, gaming, artificial intelligence (AI) maupun BigData. (Diksi/Tan/AP)