Dukung Pengembangan Energi Terbarukan Tenaga Surya, SMKN 1 Kutalimbaru Produksi Lampu Solar Cell Berbasis IoT

Dukung Pengembangan Energi Terbarukan Tenaga Surya, SMKN 1 Kutalimbaru Produksi Lampu Solar Cell Berbasis IoT

Deli Serdang, Ditjen Vokasi - Saat ini penggunaan energi baru terbarukan sedang digerakkan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Gerakan ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif yang diakibatkan dari penggunaan energi fosil.


Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan energi terbarukan. Indonesia memiliki potensi lebih dari 400.000 megawatt (MW) dan sekitar 200.000 MW adalah potensi energi surya. Pemanfaatan energi surya saat ini baru sekitar 150 MW atau 0,08% dari potensinya. Padahal, Indonesia adalah negara khatulistiwa yang seharusnya bisa menjadi panglima dalam pengembangan energi surya.


Berbagai program terkait penggunaan energi baru terbarukan pun telah dicanangkan oleh pemerintah daerah di setiap provinsi, salah satunya Sumatra Utara (Sumut). Untuk mendukung dan menyukseskan program sejuta atap tenaga surya, SMKN 1 Kutalimbaru, Deli Serdang, Sumatra Utara pun mengambil peran dengan membuat produk bertenaga surya.


Salah satu produk unggulan tenaga surya yang dibuat oleh siswa SMKN 1 Kutalimbaru ialah lampu solar cell berbasis internet of things (IoT). Lampu solar cell berbasis IoT merupakan perangkat penerangan yang menggunakan teknologi tenaga surya dan dikendalikan melalui jaringan IoT.


“Lampu solar cell berbasis IoT merupakan gabungan dari panel surya dan IoT. Panel surya bertugas untuk mengubah energi matahari menjadi listrik sedangkan IoT bertugas untuk pengendalian jaringan dalam jarak jauh,” ucap Ahmad Zhaki, siswa Jurusan Mekatronika, SMKN 1 Kutalimbaru.


Guru Jurusan Mekatronika, SMKN 1 Kutalimbaru, Rachmad Syahputra, menuturkan bahwa gerakan massif peralihan energi fosil ke energi terbarukan atau yang lebih dikenal sebagai transisi energi ini sedang menjadi topik hangat di wilayah Sumatra Utara. 


“Saat ini pemerintah Sumut sedang melangkah untuk mewujudkan gerakan nasional sejuta surya atap. Oleh karena itu, pembuatan produk ini merupakan bentuk dukungan sekolah terhadap gerakan tersebut,” ucap Syahputra.



Lampu solar cell berbasis IoT yang dibuat oleh siswa Jurusan Mekatronika, SMKN 1 Kutalimbaru memiliki berbagai manfaat.


  1. Penerangan hemat energi

Lampu solar cell akan mengumpulkan energi matahari di siang hari dan menyimpannya dalam baterai. Cahaya matahari yang telah disimpan dalam baterai akan digunakan untuk mengalirkan listrik di lampu saat malam hari. 


  1. Pengendalian jarak jauh

Perangkat IoT dihubungkan ke jaringan internet melalui Wi-Fi, Ethernet, atau teknologi nirkabel lainnya. Ini memungkinkan pengendalian jarak jauh dan transfer data. Melalui koneksi IoT, lampu ini dapat dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan perangkat seperti telepon pintar atau komputer. Selain itu, penggunaan sistem IoT juga dapat memberikan informasi tentang performa panel surya, tingkat baterai, dan konsumsi energi. 


“Adanya IoT ini memungkinkan pengguna untuk mengelola efisiensi energi secara efektif. Pengguna dapat mengatur jadwal penyalaan dan pemadaman lampu serta untuk mengatur tingkat kecerahan cahaya sesuai kebutuhan,” ucap Zhaki.


  1. Penyedia penerangan di lokasi terpencil

Lampu solar cell berbasis IoT sangat berguna di daerah-daerah terpencil di mana akses listrik masih terbatas. Produk tersebut dapat memberikan penerangan yang dibutuhkan tanpa mengandalkan infrastruktur listrik tradisional.


Lampu solar cell berbasis IoT buatan siswa SMKN 1 Kutalimbaru telah diproduksi untuk umum. Konsumennya pun datang dari berbagai latar belakang. Harga yang dipatok untuk satu buah lampu solar cell berbasis IoT sangat bervariasi mulai dari ratusan ribu.


“Terlihat mahal, tetapi kalau kita menarik ini untuk jangka panjang maka jatuhnya jauh lebih murah. Selain murah, penggunaan produk energi tenaga surya juga lebih ramah lingkungan. Setelah produk ini kita sedang menyusun rencana lagi untuk menghasilkan produk ramah lingkungan lainnya,” ucap Syahputra. (Aya/Cecep)