Dukung Kompetensi dan Kemajuan Pariwisata Indonesia, Polban Kembali Gelar KPI

Dukung Kompetensi dan Kemajuan Pariwisata Indonesia, Polban Kembali Gelar KPI

Bandung, Ditjen Vokasi - Politeknik Negeri Bandung (Polban) menyelenggarakan ajang Kompetisi Pariwisata Indonesia (KPI) ke-13. Ajang ini diharapkan bisa mendorong mahasiswa untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi mereka sekaligus mendukung industri pariwisata di Indonesia.


KPI merupakan ajang tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Jurusan Administrasi Niaga, Program Studi D-3 Usaha Perjalanan Wisata, Polban. Kompetisi yang diselenggarakan pada tanggal 3-5 Mei 2023 tersebut memperebutkan piala bergilir dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Republik Indonesia. 


Ketua KPI ke-13, Ricky Fadilah, mengatakan bahwa ada perbedaan dari penyelenggaraan KPI tahun ini jika dibanding sebelumnya. Menurut dia, penyelenggaraan KPI tahun melombakan materi non-pariwisata hingga hospitality.


“Jadi, perlombaan dibagi menjadi 2 kategori, ada yang fokus ke pariwisata dan non-pariwisata,” kata Ricky yang masih berstatus sebagai mahasiswa tersebut. 


Masih menurut Ricky, pada KPI tahun ini tercatat ada 19 mata perlombaan yang dilombakan. Tidak hanya melebarkan perlombaaan pada non-pariwisata, KPI tahun ini juga melibatkan mahasiswa dari luar negeri. 


“Ini sebenarnya mengacu penyelenggaraan sebelumnya, di mana  perlombaan KPI melebarkan sayap pada kancah internasional,” ujar Ricky. 


Tahun lalu, lanjut Ricky, ada lima (5) mahasiswa yang berpartisipasi dari Malaysia. Sementara tahun ini, jumlah peserta dari luar negeri lebih banyak dengan jangkauan yang lebih jauh. 


“Alhamdulillah, tahun ini sudah enam negara, yakni Meksiko, Jerman, Tiongkok, Turki, dan Mesir,” ucapnya. 


Sementara pada tema yang diusung, KPI tahun ini juga lebih mengacu  pada pariwisata yang mengedepankan unsur budaya. Tema ini dinilai belum banyak terjamah selama ini.


“Tahun kemarin mengenai kreativitas budaya, tapi kalau di tahun ini kita usung tentang bagaimana caranya meng-highlight budaya yang kurang terjamah di nusantara,” imbuhnya. 


Oleh karena itu, pada saat pembukaan acara KPI-13 pihak penyelenggara sengaja menampilkan tarian-tarian, seperti Tari Ruai (Kalimantan Barat), Tari Lenso (Maluku), Tari Merawai (Pulau Lipan), Tari Ofalangga (Nusa Tenggara Timur), dan Tari Rantak (Sumatra Barat). Tujuannya agar bisa memperkenalkan kembali tarian Indonesia yang hampir terlupakan tersebut. Para peserta dan tamu undangan yang hadir juga diminta memainkan alat musik angklung sebagai pertanda perhelatan KPI.


Sementara itu, Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, Tommy Andrianto, mengatakan bahwa ajang KPI sudah berjalan sejak 2009 dengan melibatkan kegiatan lokal, seperti lomba menggambar dan lain sebagainya. 


“Pada saat itu, tidak ada agenda kompetisi yang mengukur kemampuan mahasiswa, kita ingin tahu bagaimana kemampuan mahasiswa kami dibandingkan dengan yang lain,” ujar Tommy. 


KPI, lanjut Tommy, merupakan bentuk praktik output dari mata kuliah yang terintegrasi. Tujuan utama dari kegiatan ini sendiri adalah untuk mengukur kompetensi mahasiswa. 


“Jadi, sudah sejauh mana kompetensi mahasiswa kita sesuai dengan standar nasional, bahkan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),” kata Tommy. 


Lebih lanjut, Tommy juga menyebutkan bahwa KPI juga menjadi wadah untuk berinteraksi dengan stakeholder. Melalui ajang ini, para mahasiswa bisa bertemu dengan berbagai pihak yang terkait erat dengan industri pariwisata.


Tidak hanya itu, para mahasiswa peserta juga dapat berkenalan antarpeserta dari berbagai daerah. Berbagai manfaat tersebut dinilai Tommy akan membawa manfaat besar sekaligus menjadi bekal saat mahasiswa masuk ke dunia kerja.


Ajang Kompetisi Pariwisata Indonesia 13 diikuti sebanyak 472 peserta yang terdiri dari 48 perguruan tinggi di 12 provinsi Indonesia dan dari 5 negara asing. Kompetisi yang diadakan selama tiga hari dan di tiga tempat, yakni Politeknik Negeri Bandung, The Papandayan Hotel, G. H. Universal Hotel, dan Morning Glory Coffee. (Polban/Nan/Cecep)