Dukung Kesetaraan, SMKN 58 Jakarta Jadi Tuan Rumah dan Fasilitasi LKS Disabilitas Tingkat Nasional

Dukung Kesetaraan, SMKN 58 Jakarta Jadi Tuan Rumah dan Fasilitasi LKS Disabilitas Tingkat Nasional

Jakarta, Ditjen Vokasi - Dalam upaya mendukung kesetaraan dan inklusi di dunia pendidikan, sebagai satuan pendidikan vokasi, SMKN 58 Jakarta menjadi tuan rumah dan fasilitator Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Disabilitas Tingkat Nasional. Acara yang berlangsung dari tanggal 11—12 Juli 2024 ini dihadiri oleh siswa-siswa disabilitas dari berbagai provinsi di Indonesia, khususnya di mata lomba membatik.


Supartiah selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kehumasan menyebutkan bahwa SMKN 58 Jakarta sudah menjadi tuan rumah kegiatan LKS disabilitas tingkat nasional sejak tahun 2023.


“Sebagai satu-satunya sekolah di bidang seni kriya batik di Jakarta, tentunya kami pun mendukung acara LKS Disabilitas m Tingkat Nasional ini,” ujar Supartiah.


Sebagai dukungan untuk kegiatan ini, SMKN 58 Jakarta memfasilitasi perlombaan dalam bentuk ruangan lomba dan mengondisikan acara. Tak hanya itu, dengan sumber daya yang ada, SMKN 58 Jakarta juga turut memberikan pengarahan dan memantau tim pelaksana sampai pada pelaksanaan lomba. 


Supartiah menjelaskan, “Ini juga menjadi pembelajaran bagi peserta didik SMKN 58 Jakarta, karena kami melibatkan peserta didik.”


Menurut Supartiah, peserta disabilitas sangat tekun dalam membuat batik dan juga mampu berkarya dengan sangat rapi meskipun mereka memiliki kekurangan. Hal ini dapat memotivasi siswa SMKN 58 Jakarta agar memiliki semangat lebih dalam belajar di bidang kriya batik dan tekstil.


Motivasi untuk Siswa SMK


Peserta LKS Disabilitas Tingkat Nasional tentunya menjadi inspirasi. Hal itu dikarenakan karya-karya yang dilombakan memperlihatkan wawasan baru tentang batik sebagai budaya Indonesia. Terdapat komposisi warna, corak dan motif yang beragam yang turut menambah kekhasan karya anak bangsa.


Menurut Supartiah, keterbatasan fisik bukanlah sebuah cobaan. Namun, dengan keterbatasn tersebut, mereka juga dapat mampu berkarya. Pada umumnya, untuk lomba membatik diikuti oleh teman tunarungu. Hal itu memungkinkan mereka dapat lebih fokus dalam proyek membuat batik. Dalam waktu dua hari, peserta dapat menyelesaikan satu kain batik berukuran kurang lebih 2 x 2 meter.


Lomba membatik tingkat nasional ini pun dijuarai oleh Khaisya Gita Amelia SLB Negeri Gunungkidul, D.I.Y. Berdasarkan penjelasan Supartiah, warna dan kreasi yang diberikan Khasiya memiliki nilai tambah sehingga juri memberikan penilaian yang tinggi.


Supartiah pun berpesan kepada siswa-siswi SMK program keahlian Kriya Kreatif Batik dan Tekstil agar terus semangat dalam mempelajari warisan budaya. Di pendidikan vokasi, siswa mampu menggali potensi terbaiknya dengan berbagai macam praktik.


“Siswa SMK perlu bekerja keras, berlatih dengan tekun, dan selalu menjaga disiplin dalam belajar dan membuat karya. Jadikan teman-teman disabilitas motivasi, karena kalau mereka bisa, maka kita pun juga bisa berkarya,” pesan Supartiah. (Zia/Cecep)