Dari Mimpi jadi Kenyataan, Kursus Membawa Cahyo Keliling Dunia
Madiun, Ditjen Vokasi - Oon Cahyono atau biasa disapa Cahyo (27), malam itu (9/3) sigap melayani tamu dalam acara Best Practice Gala Dinner bersama Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemenkdikbudristek, Kiki Yuliati, dan Direktur Kursus dan Pelatihan, Wartanto, di Sekolah Perhotelan dan Kapal Pesiar NCL Madiun, tempat kursusnya dulu yang membawanya menjadi kru profesional kapal pesiar.
Dengan serbet hijau yang menggantung di tangan, malam itu Cahyo bertugas sebagai standby waiter di dekat meja tamu. Cahyo menyajikan rangkaian makanan dalam full set dinner yang dibawakan runner malam itu dengan sikap yang menunjukkan profesionalisme, ramah, dan cekatan.
Sejak lulus kursus dari NCL Madiun di tahun 2015, Cahyo telah mendapatkan begitu banyak pengalaman mulai dari bekerja di sebuah hotel di Batam sampai akhirnya sekarang berkarier di kapal pesiar. Kursus enam bulan yang dijalaninya ternyata membuat perubahan yang sangat besar dalam hidupnya.
“Saya suka sekali traveling dan saya bermimpi bisa mendapat pekerjaan yang membuat saya bisa keliling dunia. Itu yang menjadi motivasi saya kursus di NCL supaya mendapatkan gaji yang besar dan bisa jalan-jalan,” ungkapnya memulai cerita.
Cahyo mengikuti kursus di NCL Madiun bidang Perhotelan dan Kapal Pesiar yang terdiri atas 40% teori dan 60% praktik, ditambah on the job training di sebuah hotel yang cukup besar di Batam. Begitu selesai training, karena kompetensinya yang bagus, Cahyo langsung ditawari hotel tempatnya training untuk bekerja sampai 3 tahun di sana.
“Syarat mutlak di kapal pesiar adalah punya sertifikat pengalaman kerja minimal dua tahun di bidang perhotelan. Jadi, saya sudah memenuhi kriteria. Saya kemudian memberanikan diri wawancara dengan beberapa agen kapal pesiar, salah satunya Norwegian Cruise Line Holding (NCLH) tempat saya bekerja sampai sekarang. Saya sudah menjalani 4 kali kontrak dengan durasi 8 bulan per kontrak dan akan naik lagi di bulan Mei nanti,” jelas Cahyo yang sedang menjalani long vacation karena baru melangsungkan pernikahan beberapa waktu lalu.
Anak kedua dari empat bersaudara ini menjelaskan bahwa banyak sekali ilmu yang didapatkan saat mengikuti kursus. “Meski tidak bekerja di bidangnya, kami tetap harus mempelajari semua departemen, mulai dari front office, housekeeping, food and beverage service, sampai food and beverage product,” jelasnya.
Yang paling Cahyo senangi adalah perubahan dirinya dalam berbahasa asing, yaitu bahasa Inggris dan Jerman. “Saya bangga sekali sekarang tidak takut atau malu-malu lagi berbicara dalam bahasa Inggris, saya lebih percaya diri setelah banyak bertemu dengan orang-orang di kapal pesiar dari berbagai negara,” tambahnya.
Cahyo juga merasa, bekerja di kapal pesiar dan bertemu dengan rekan-rekan sepekerjaan yang datang dari negara dengan latar belakang yang berbeda-beda memberinya pengalaman yang sangat berarti.
“Tantangan bekerja di kapal pesiar adalah rindu rumah dan terlewatnya momen-momen seperti Idulfitri atau tahun baru bersama keluarga,” tutur Cahyo. Namun, kebersamaan dengan tim dan merayakan momen-momen tersebut bersama mereka juga menjadi kenangan yang menyenangkan baginya. Apalagi, fasilitas yang diberikan perusahaan juga menjamin.
Cahyo mengatakan, “Sebelum pulang, kami sudah mendapatkan jadwal berangkat perjalanan berikutnya. Semua diberikan gratis mulai dari fasilitas tiket, hotel, armada, dan makanan.”
Selama kontrak, ia bekerja 10 jam per hari dan tinggal di dalam kapal. Apabila jam kerja selesai, ia dan rekan-rekannya bisa keliling dan bahkan bisa menikmati fasilitas seperti tamu-tamu di kapal dengan syarat tidak waktu kerja.
Dulu, bisa keliling dunia dan mendapatkan pengalaman berjumpa dengan orang dari berbagai negara mungkin hanyalah mimpi bagi Cahyo. Namun kini, mimpi itu terwujud berkat pekerjaannya di kapal pesiar, dan itu semua berkat kursus perhotelan dan kapal pesiar yang dijalaninya setelah lulus SMA.
Selama empat tahun bekerja, Cahyo telah mengunjungi kota-kota di Amerika Serikat, seperti New Orleans, Miami, New York, Virgin Islands, Canaveral, Orlando, St Thomas, dan San Juan; negara-negara di Eropa seperti Portugal, Barcelona, Prancis, Italy, Yunani, Montenegro, Croatia, dll; serta Caribian Island, Mexico, Honduras, Republik Dominika, dan lain-lain.
Tak hanya mewujudkan mimpinya, bahkan di usianya yang masih muda, Cahyo telah berinvestasi dari penghasilannya dengan membeli tanah dan membuat usaha perikanan, serta menikahi kekasih yang dia cintai.
NCL Madiun dan Cita-cita Pemiliknya untuk Para Lulusan
“Saya selalu mengupayakan setiap anak yang lulus mendapatkan karir impiannya di perhotelan maupun di kapal pesiar. Sejak mereka mendapatkan pembelajaran teori dan praktik, lalu magang di hotel yang telah bermitra kami, sampai mengundang agen-agen kapal pesiar untuk melakukan wawancara dengan para lulusan,” sambut Direktur NCL Madiun, Sudarto.
NCL Madiun telah bekerja sama dengan hotel-hotel kenamaan, termasuk hotel-hotel bintang lima plus seperti J.W. Marriott dan Shangri-La yang penempatannya di berbagai negara. Lebih dari sepuluh kapal pesiar besar pun telah “berlangganan” meminta tenaga kerja lulusan NCL Madiun. Sejak berdiri tahun 2010, NCL Madiun telah menghasilkan hampir 3.000 lulusan yang 87%-nya telah bekerja di perhotelan dan kapal pesiar.
“Saya bercita-cita setiap anak yang lulus dari NCL dan bekerja memiliki orientasi go internasional dan kembali ke negerinya untuk berinvestasi. Jadi, uang yang dia hasilkan ikut memajukan keluarga dan lingkungannya sehingga dia tidak hanya berhasil untuk dirinya sendiri, tapi juga sekelilingnya,” ungkap Sudarto yang pernah bekerja di kapal pesiar selama 20 tahun.
Bagi Sudarto, Cahyo adalah salah satu lulusan yang mewujudkan cita-citanya. Dia selalu bangga pada lulusannya dan memperhatikan setiap tapak karir yang dilalui lulusannya. Bahkan, Sudarto seringkali berkunjung ke hotel-hotel yang mempekerjakan lulusannya untuk mengecek mereka. Itu juga yang membuat para alumni NCL Madiun setia dan selalu kembali ke NCL untuk berbagi kabar dan cerita, seperti yang dilakukan Cahyo selama long vacation-nya.
Sudarto menambahkan, “Bagi saya, menciptakan pekerja bukan hanya membuat mereka punya pengalaman dan tahu cara bekerja, tapi juga memastikan mereka punya etika bekerja yang baik, pantang menyerah, dan disiplin sehingga mereka mampu menjadi tenaga kerja profesional di dunia internasional.” (Nina/Cecep Somantri)