Dari Matching Fund, Dosen AKN Putra Sang Fajar Blitar Buat Pakan Unggas dari Tepung Maggot
Blitar, Ditjen Vokasi - Maggot atau belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) biasanya dimanfaatkan untuk menjadi pupuk. Namun, tidak di tangan Anang Widigdyo, dosen AKN Putra Sang Fajar Blitar, karena maggot dapat disulap menjadi pakan unggas. Penelitian tersebut ia kembangkan melalui program pendanaan Matching Fund Vokasi 2022 dan 2023 serta telah sukses menghasilkan produk yang berdampak pada para peternak.
Program Matching Fund Vokasi adalah program pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi yang melibatkan insan perguruan tinggi vokasi (PTV) dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk bersama-sama terlibat dalam menjawab tantangan dunia industri dalam membentuk ekosistem Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Sebagai penerima program tersebut, Anang bermitra dengan industri peternak ayam di Kelompok Tani Guyub Rukun Silawasih untuk tahun 2022. Penelitian dilanjutkan di Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Budi Daya Makmur kepada peternak itik untuk Matching Fund Vokasi 2023.
“Alasan maggot dipilih menjadi pakan unggas adalah karena kandungannya. Maggot memiliki kandungan protein yang tinggi dan memiliki asam lemak/asam laurat. Hal itu berguna untuk meningkatkan imunitas unggas,” tutur Anang menjelaskan latar belakang objek penelitiannya.
Selain itu, terdapat juga masalah mengenai pakan melambung tinggi tetapi harga telur anjlok. Maka dari itu, untuk mengatasi harga pakan yang melejit, Anang membuat produk penelitian pakan unggas berbahan dasar maggot.
Anang menjelaskan, “Sudah dibuktikan di kedua industri tersebut, pakan tepung maggot ini menekan biaya pakan sekitar 20—30%.”
Tak hanya dari segi ekonomis, pakan tepung maggot ini pun berdampak pada segi lingkungan. Anang menjelaskan bahwa unggas yang memakan pakan dari tepung maggot ini dapat mengurangi bau karena mengandung sedikit amoniak pada kotorannya. Selain itu, kotoran unggas pun dapat dimanfaatkan kembali untuk pakan ternak maggot sendiri. Dengan demikian, pakan ini pun bermanfaat untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Dalam pembuatan tepung maggot ini, Anang mempersiapkan maggot terlebih dahulu lalu dikeringkan dan dikemas. Akan tetapi, tak menutup kemungkinan pakan maggot pun bisa langsung diberikan kepada unggas tanpa harus dijadikan tepung terlebih dahulu.
“Untuk pakan ayam bisa langsung diberikan tanpa menjadi tepung. Namun, untuk pakan itik, harus dicampurkan antara tepung maggot dengan tepung BSF karena itik menyukai pakan yang basah,” jelas Anang.
Yudianto selaku peternak itik di Bumdes Budi Daya Makmur menyatakan bahwa setelah menggunakan pakan tepung maggot sangat berdampak pada pengurangan biaya pakan.
“Ketika sudah menggunakan tepung maggot ini, saya bisa berhemat sampai Rp50 ribu untuk setiap satu karung,” ungkapnya.
Kedepannya Yudianto pun berharap bahwa tepung maggot ala dosen AKN Putra Sang Fajar Blitar dapat diproduksi massal dan segera mendapatkan nomor edar pakan. Dengan begitu, dapat dirasakan oleh para peternak lainnya. (Zia/Cecep)