Dari IISMA, Anak Penjual Pentol Ini Berbagi Pengalaman Kuliah di Jerman

Dari IISMA, Anak Penjual Pentol Ini Berbagi Pengalaman Kuliah di Jerman

Surabaya, Ditjen Vokasi - Menjadi bagian IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards) merupakan mimpi besar bagi banyak mahasiswa Indonesia. Program unggulan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini mampu mewujudkan mimpi mahasiswa Indonesia dari berbagai kalangan untuk merasakan kehidupan perkuliahan di kampus-kampus terkemuka dunia. 


Mendengarkan cerita pengalaman mereka selama menjalani perkuliahan, tentu semakin meningkatkan keinginan mahasiswa Indonesia lainnya untuk bisa merasakan program IISMA ini. Salah satunya seperti cerita pengalaman mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Amanda Debi Arafah, yang kini sedang menempuh program IISMA di Deggendorf Institute of Technology, Jerman.


Anak Penjual Pentol 


Sebelum berangkat ke Jerman dan kuliah di kampus impian, Amanda rupanya sempat gamang. Kegamangan Amanda tak lain terkait dengan berbagai persiapan yang harus dilakukan untuk keberangkatan ke Jerman. 


“Ketika hari pengumuman tiba, saya begitu excited sekaligus cemas. Karena jika diterima akan banyak persiapan lagi, baik dari sisi kelengkapan maupun pendanaan,” kata Amanda. 


Amanda rupanya tidak ingin membebani ayahnya dengan berbagai persiapan terkait keberangkatan ke Jerman. Apalagi, sang ayah yang hanya mengandalkan penghasilan dari berjualan pentol keliling. Amanda yang juga seorang guru les mata pelajaran ini pun harus berusaha keras untuk bisa mendapatkan uang tambahan demi bisa memenuhi sejumlah dokumen untuk persyaratan. 


“Saya mulai mengumpulkan hasil tabungan selama mengajar. Kemudian, dibantu oleh Ibu juga yang menerima order rajutan di rumah,” kata Amanda yang juga merupakan penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. 


Berkat kegigihan Amanda dan pengorbanan kedua orang tuanya, Amanda pun akhirnya bisa menyelesaikan berbagai kebutuhan yang diperlukan hingga akhirnya ia berangkat ke Jakarta dan kemudian bertolak ke Jerman. 


“Jadi, saat itu untuk pertama kalinya saya berangkat menggunakan penerbangan domestik dari Surabaya ke Jakarta, kemudian berlanjut menggunakan penerbangan internasional dari Jakarta ke Munchen,” terang Amanda. 


Merasakan Culture Shock 


Bersama seluruh awardees IISMA, Amanda diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan Pre-Departure Series yang merupakan kegiatan bimbingan sekaligus pembekalan sebelum keberangkatan. Upaya ini sekaligus sebagai persiapan bagi para awardee agar nantinya tidak kaget dengan kultur dan cara hidup masyarakat di negara tujuan, termasuk bagaimana kultur perkuliahan di kampus tujuan. 


“Setibanya di Jerman kami belajar beradaptasi dan buat saya ini first experienced,” kata Amanda.


Berbagai kebiasaan masyarakat Jerman seperti kebiasaan untuk jalan kaki, memilah sampah dan membuang pada tempat sampah yang sesuai, kebiasaan untuk selalu on time ketika mempunyai janji temu, menaati rambu lalu lintas, self-service, dan sebagainya telah memberikan pembelajaran hidup yang luar biasa dan berbeda dari kebiasaan dan keseharian di Indonesia. 


“Saya merasakan disiplin yang benar-benar dilakukan,” tutur alumni MAN 2 Kediri ini.  


Dari segi perkuliahan, awardee di Deggendorf Institute of Technology (DIT) tergolong dalam international student winter semester, di mana mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih course dengan minimal ECTS sebanyak 15. Dengan memilih Jurusan General Engineering, Amanda pun mengambil beberapa course yang linier dengan mata kuliah yang ada pada jurusannya di Teknik Mekatronika PENS, seperti Microcontroller, Solidworks, Quality Management, Matlab for Engineering, dan Scientific Writing.  


Mahasiswa di DIT, lanjut Amanda, juga tidak dituntut untuk selalu hadir di kelas selama assignment dan assessment dari course tersebut terpenuhi. 


“Kampus sangat memfasilitasi mahasiswanya untuk menunjang pembelajaran lebih baik. Contohnya dengan adanya akses computer laboratory dengan penyimpanan yang telah terkoneksi dengan akun milik masing-masing mahasiswa. Mahasiswa dapat menggunakan berbagai software dan ketika file dari software tersebut selesai dibuat akan secara otomatis dapat tersimpan pada akun mahasiswa,” terang Amanda.


Menjelajah Hingga Mendaki Gunung 


Amanda mengaku meski dirinya disibukkan dengan perkuliahan, dia masih bisa mengikuti kegiatan komunitas kampus dengan mahasiswa internasional yang lain. Komunitas ESN (Erasmus Student Networking) merupakan komunitas tempat berkumpulnya mahasiswa internasional untuk lebih mengenal satu sama lain dan saling berkolaborasi.


“Salah satu kegiatan yang paling berkesan adalah saat bersama komunitas melakukan pendakian ke salah satu gunung dengan ketinggian sekitar 1.500 m di Bavarian National Park Germany,” ujar Amanda. 


Selain itu, Amanda dan teman-teman awardee DIT juga sering menghabiskan waktu di akhir pekan untuk menjelajah daerah di sekitar kampus, dengan memanfaatkan Deutshland ticket khusus mahasiswa untuk mengakses seluruh transportasi regional dengan harga terjangkau sebesar 29 Euro per bulan. Tiket tersebut memudahkan mereka untuk menggunakan seluruh transportasi di negara Jerman dengan gratis, bahkan bisa juga digunakan hingga ke beberapa negara tetangga Jerman seperti Austria. 


Dengan berbagai pengalaman yang sudah diperoleh, Amanda mengaku tidak henti-hentinya mengucap syukur. Menurutnya, berbagai pengalaman baru selama tinggal dan belajar di Eropa telah mengajarkan banyak hal, termasuk bagaimana mengoptimalkan potensi dan personal value.


“Pengalaman ini mengubah pandangan saya dan makin memantapkan saya untuk berjuang lebih keras lagi ke depan,” kata gadis semester 7 yang berencana melanjutkan studi Master Bidang Engineering di luar negeri setelah lulus nanti. (PENS/Nan/Cecep)