Cukup 5 Menit, Jagung Bose Karya Dosen Politani Kupang ini Bisa Cegah Stunting

Cukup 5 Menit, Jagung Bose Karya Dosen Politani Kupang ini Bisa Cegah Stunting

Kupang, Ditjen Vokasi - Memanfaatkan pangan lokal, seorang dosen di Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani Kupang), Nusa Tenggara Timur (NTT)  mengembang jagung bose instan sebagai produk pangan alternatif untuk penanganan anemia remaja putri di NTT sekaligus mencegah stunting. Jagung bose ini bukan sembarang jagung bose, tetapi jagung bose instan yang sudah diperkaya dengan zat besi.  Selain sudah diperkaya dengan zat besi, jagung bose ini memiliki keunggulan lain, yakni cara penyajian yang praktis, cukup 5 hingga 10 menit saja.


Jagung bose instan diperkaya zat besi (jabin kazabe) ini dikembangkan oleh Ludia Simuruk Gasong, dosen Jurusan Teknologi Pangan, Politani Kupang. Dalam beberapa tahun terakhir, Ludia dan sejumlah rekannya dari Jurusan Teknologi Rekayasa Pangan terus mengembangkan salah pangan lokal yang masih cukup digemari oleh kaum muda di NTT untuk mengatasi anemia dan mencegah stunting. 


“Produk ini diperkaya zat besi dengan dosis yang telah disesuaikan dengan kebutuhan zat besi harian remaja putri,” kata Ludia dalam orasi ilmiah yang dibacakan saat acara wisuda mahasiswa Politani Kupang, Kamis (4-05-2023) 


Jabin kazabe sendiri telah diuji secara klinis dan terbukti efektif untuk penanganan anemia remaja putri. Remaja putri yang mengonsumsi jabin kazabe rata-rata mengalami kenaikan nilai Hb sebesar 1.73 g/dL. 


“Ini menunjukkan bahwa produk jabin kazabe dapat digunakan untuk penanganan anemia terutama untuk meningkatkan kadar Hb penderita anemia,” kata Ludia. 


Menurut Ludia, Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan masalah gizi utama di Indonesia, termasuk di NTT. Hasil Riskesdas 2013 prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32%, artinya 3—4 dari 10 remaja menderita anemia. 


Di sisi lain, anemia remaja putri yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan risiko, baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek, anemia dapat menimbulkan keterlambatan pertumbuhan fisik dan maturitas seksual tertunda. Selanjutnya jika anemia pada remaja putri berlanjut hingga masa kehamilan akan memperbesar resiko kematian saat melahirkan dan menjadi salah satu penyebab bayi lahir prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan stunting.


“Salah satu tindakan untuk mencegah lahirnya bayi stunting yang baru adalah dengan penanganan anemia remaja putri, yakni dengan penanganan anemia remaja putri untuk mempersiapkan remaja putri sebagai calon ibu bebas dari anemia dengan status gizi baik sehingga tidak berpotensi melahirkan anak stunting yang baru,” terang Ludia. 


Masih menurut Ludia, riset pengembangkan jabin kazabe telah  dimulai sejak 2016 lalu dan telah disesuaikan dengan selera milenial. Pengembangan riset ini, lanjut Ludia, sangat penting karena NTT menjadi salah satu provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia, yakni mencapai 35,5 persen di tahun 2022.


“Oleh karena itu, sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat NTT harus bergandengan tangan untuk berkontribusi mendukung program percepatan penurunan prevalensi stunting di bumi Flobamora ini,” lanjut Ludia.


Menurut Ludia, stunting memiliki dampak jangka panjang yang mengerikan, mulai dari mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, strok, disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah. 


“Dampak ekonominya, stunting berpotensi menimbulkan kerugian setiap tahunnya itu 2—3% GDP,” kata Ludia. 


Pemilihan jagung bose sendiri dikarenakan makanan ini menjadi salah satu kuliner khas NTT yang hingga saat ini masih banyak dijumpai di sejumlah rumah warga di NTT untuk disajikan sebagai makanan pokok pengganti nasi. Bahan dasar jagung bose adalah jagung, kacang nasi (kacang polong), dan santan untuk menambah cita rasa gurih.


“Akan tetapi, proses pengolahan jagung bose itu lama. Jadi, kami kembangkan jagung bose yang instan,” kata Ludia.


Dengan jagung bose instan, proses pengolahan panganan ini lebih cepat, dari yang awalnya sekitar 3,5 jam menjadi kisaran 5 hingga 10 menit saja. Jagung bose instan ini juga sudah diperkaya zat besi, yakni difortifikasi dengan zat besi (FeNaEDTA 3H2O) sesuai dengan kebutuhan zat besi harian remaja putri. (Nan/Cecep)